Kini, aku berada di kantor polisi. Polisi sedang mewawancarai ku. Karena di tempat kejadian hanya aku yang menyaksikan Soraya melompat dari ketinggian sekitaran 18 m.
"Anda tau mengapa Nona Soraya melompat dari ketinggian setinggi itu?" Tanya polisi.
"Tau," Jawabku singkat.
"Lantas, mengapa?" Lagi-lagi ia bertanya.
"Kau polisi, kan? Selidiki sana," Suruhku dengan nada ketus.
"Anda benar-benar seperti yang dirumorkan, ya,"
"Kau percaya rumor? Aku sih tidak,"
Polisi mulai kesal dengan setiap jawaban yang ku berikan kepadanya. Papa dan kedua Kakakku yang menunggu di luar dan mendengar percakapan kami terlihat senang, ntah karena apa.
"Tidak. Tidak perlu menyelidikinya. Langsung saja kalian seret Nona Veddira ke pengadilan!" Murka Marquess Edelmiro yang sekaligus Papa Soraya.
"Baik, Marquess Edelmiro," Patuh polisi dan langsung menyeretku ke pengadilan. Aku belum menyewa pengacara woy!
♩ ♩ ♩ ♩
Hakim ketua disusul dengan hakim-hakim lainnya memasuki ruangan persidangan. Membuat para hadirin yang berada di ruangan persidangan terlebih dahulu berdiri.
Para hakim memasuki ruangan persidangan melalui pintu khusus. Setelah itu, para hakim menduduki tempat mereka masing-masing. Alhasil, para hadirin duduk kembali.
Hakim memberi ucapan pembuka sidang, diakhiri dengan 3 kali ketukan palu. Yang artinya sidang dimulai.
Aku yang sebagai terdakwa memasuki ruangan. Begitu pula Marquess Edelmiro. Kalau Marquess Edelmiro masuk bersama pengacara, maka aku tidak.
Kami menduduki kursi yang sudah disediakan. Hakim pertama-tama menanyakan kami tentang biodata kami dan keadaan kami.
Aku dan Marquess Edelmiro yang mewakili Soraya menjawabnya dengan santai. Masih belum terasa mengecamkan karena kami masih berada di awal sidang.
"Apakah kalian memiliki pengacara?" Dengan sontak, aku menjawab tidak. Hakim memberiku beberapa pilihan. Namun pada akhirnya aku memilih untuk membela diriku sendiri, tanpa pengacara.
Hakim mengangguk. Selanjutnya adalah pembacaan surat dakwaan dan pengajuan eksepsi (keberatan) yang hanya aku respon iya-iya saja.
Setelah semua dilakukan dalam sidang pertama, selanjutnya adalah sidang pembuktian.
Para saksi mulai dipanggil. Aku yang tidak memiliki saksi satupun hanya diam menatap orang-orang yang menjadi saksi jadi-jadian.
Para saksi ditanyakan beberapa pertanyaan. Ku lihat beberapa saksi menjawab dengan ragu dan beberapa saksi menjawabnya dengan cepat tanggap. Setelah pemanggilan saksi, dilanjut dengan pengajuan alat bukti.
Pengacara yang disewa oleh Marquess Edelmiro mulai mengeluarkan semua barang bukti.
Aku hanya diam menatapnya, tidak menyela juga membela diriku. Aku akan mendapatkan giliran setelah ini.
"Ini adalah sobekan seragam yang dipakai oleh Nona Veddira saat kejadian kemarin. Saya juga memiliki helaian rambut Nona Veddira bersama saya. Selain itu, terdapat sidik jari Nona Veddira pada telapak tangan Nona Soraya," Pengacara tersebut mengeluarkan barang bukti. Ya memang benar, itu rambut, sobekan seragam, dan sidik jariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess [Completed]
FantasyVeddira Elmeira Franklin, kerap dipanggil Veddira yang artinya hadiah dari Tuhan. Hadiah? Haha, tentu saja bukan, lebih tepatnya 'bencana' dari Tuhan. Anak dari keluarga terpandang Franklin, si bungsu kesayangan? Bukan, dialah sumber masalah dari se...