Krik krik krik krik
Hening. Di Ruangan Kesehatan hanya ada aku, dan lagi-lagi kelima lelaki ini. Aku menatap mereka satu persatu lalu menundukkan kepala.
"Kenapa?" Tanya Kakak brainly berjalan.
"Tidak apa-apa. Apa kalian tidak masuk kelas?" Jawabku sekaligus balik bertanya.
"Tentu saja bolos," Jawab lelaki merah santai. Pangeran Orion melototi lelaki merah. Yang di lototin hanya meliriknya tak minat.
"Huuft, kalian ini... Ckckckck," Kataku dengan decakan. Aku menyilangkan tangan di dada lalu menggelengkan kepalaku.
"Kalau mau bolos bilang. Aku akan mengajak kalian ke tempat bolos terbaaaik yang tak pernah kalian lihat," Kataku dengan diakhiri jentikan jari.
Pletak!
"Awh, shh. Kakak!" Ringisku kesakitan. Kakak lelaki buta malah menyentil jidat mulusku, huhu.
"Jijik. Ayo pulang," Ajak Kakak lelaki buta.
Aku mengangguk lalu menatap ke arah lelaki perak. Aku merentangkan tanganku tak lupa dengan puppy eyes ku perlihatkan kepadanya. Ia sedikit bingung dengan perilaku ku.
"Gendong," Kataku lalu tersenyum lebar.
Lelaki perak bergerak. Berpindah ke sampingku lalu membelakangiku. Aku dengan bersemangat melingkarkan tanganku di lehernya, lalu memeluknya. Daguku ku biarkan bersandar di bahu lebarnya. Sedikit menunduk dan ouh, bau parfumnya sangat menggoda iman.
"Kau memiliki Kakak yang bersedia menggendongmu, Veddira. Kenapa malah meminta ke orang lain?" Tanya Kakak brainly berjalan.
"Terserah. Tapi aku maunya digendong oleh lelaki perak, salah?" Jawabku sembari menatap datar ke arah Kakak brainly berjalan.
Kakak brainly berjalan mendengus kesal. Ia juga menatapku datar. Melirik ke arah saku celananya dan eh? Kenapa ada kerutan disana?
Lelaki perak mengangkat tubuhku. Alhasil, tubuhku sudah berada digendongannya. Aku terkikik senang lalu berkata,
"Sepi, go!"
Kelima lelaki yang berada se-ruangan denganku terlihat bingung dengan apa yang aku katakan. Mereka terlihat berpikir apa arti dari kata yang aku katakan.
"Sapi, jalan," Ralatku dengan sedikit menggoyangkan kaki ke depan, tanda aku ingin pergi sekarang.
"Dasar, aku bukan sapi," Kata lelaki perak yang mulai melangkahkan kakinya. Sedangkan keempat lelaki lainnya berjalan mengikuti kami dari belakang.
Kereta kuda keluarga Franklin terlihat di depan mataku. Tak memakan waktu lama bokong ku sudah menyentuh bantalan duduk. Dan perjalanan ke istana pun dimulai.
♩ ♩ ♩ ♩
"Terima kasih atas pengertian anda, Duke," Ucap salah satu warga yang mengeluarkan keluh kesahnya tentang kejadian terbakarnya rumah para warga.
Aku duduk di singgasana ku, tepatnya di samping kiri Papa. Aku menopang dagu menatap ke arah warga yang tadi berterimakasih kepada Papa. Tak lama kemudian, ia hilang dari pandangan ku.
"Mengapa kau membakar rumah para warga, Veddira?" Tanya Papa dengan helaan nafas lelah.
Aku sedikit terkekeh, lalu berkata,
"Kau tau, Papa? Terkadang kita perlu merusak barang orang lain agar terlihat seperti pahlawan bagi mereka,"
"Licik sekali. Tapi kau tidak memikirkan berapa kerugian yang kita dapatkan?" Tanya Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess [Completed]
FantasyVeddira Elmeira Franklin, kerap dipanggil Veddira yang artinya hadiah dari Tuhan. Hadiah? Haha, tentu saja bukan, lebih tepatnya 'bencana' dari Tuhan. Anak dari keluarga terpandang Franklin, si bungsu kesayangan? Bukan, dialah sumber masalah dari se...