Hari sudah malam. Terbukti dengan warna langit yang tadinya orange, kini berubah menjadi hitam.
Suara dentingan garpu dan pisau terdengar di pendengaran ku. Sekarang aku sedang makan bersama keluarga Franklin. Tidak aneh, bagaimanapun keluarga bangsawan memang memiliki kebiasaan makan bersama. Rukun tak rukun keluarga tersebut itu urusan mereka.
Aku sedikit kesusahan mengunyah daging sapi yang sedang ku santap. Terlalu tebal, tidak muat di mulut mungil Veddira.
"Kwakwak, Awkwu kwesusahwan mengwunyah," Aduku ke Kakak brainly berjalan aka Zephir. Aku juga sedikit menarik-narik lengan bajunya.
(Kakak, aku kesusahan mengunyah)
Posisi duduk sekarang adalah, aku berada di samping kiri Kakak brainly berjalan. Di hadapanku ada Kakak lelaki buta aka Zevrey. Terakhir, Papa berada di depan Kakak brainly berjalan.
Kakak brainly berjalan hanya melirikku, begitu pula Kakak lelaki buta juga Papa. Sekali lagi, aku mengadu. Dan haha, tak dihiraukan oleh mereka. Lagi-lagi, aku mengadu dengan suara kelas. Alhasil, Kakak brainly berjalan bertanya,
"Kenapa memang?" Tanya Zephir lalu sedikit menoleh kearah ku. Wajahnya terlihat kesal, hihi.
Aku menunjuk-nunjuk kecil daging sapi di depanku, guna menjawab pertanyaan Zephir.
"Daging nya normal," Bukan itu yang ku maksud, aish.
Aku menelan daging sapi yang tadi di mulutku. Lalu mengerucutkan bibirku tanda aku kesal. Tak lupa aku menyilangkan tangan di dadaku, lalu menyandarkan punggung ku pada sandaran kursi.
"Makanlah gadis bencana. Kau juga perlu energi untuk membuat bencana," Sarkas Kakak lelaki buta.
"Diam kau Kakak lelaki buta! Aku tidak dalam mood untuk beradu mulut denganmu,"
Ku lihat Papa dan Zephir sedikit menahan tawanya. Ya ya ya, mulutku memang selalu melontarkan kata-kata yang lucu, terima kasih.
"Dasar gadis bencana, cih," Kakak lelaki buta itu berdecih. Lama-lama ku potong juga mulutmu itu.
Papa gondrong mendorong piring berisi daging sapi miliknya. Aku menatapnya bingung tanda aku tidak mengerti.
"Apa Papa gondrong?" Tanyaku.
Papa gondrong mendengus kesal, lalu menukar piringku dengan piring miliknya. Ahh, sekarang aku mengerti. Baiknya~
"Kau cerewet, cepat tukar piringmu denganku," Kata Papa gondrong dan menatapku sinis.
Aku sedikit menyengir kepada Papa gondrong. Lalu memberinya jempol keatas dariku.
"Gracias, Papa gondrong!" Girangku.
(Terima kasih)
Hoho, ku pastikan mereka bingung dengan kata 'gacias' yang ku sebut tadi.
♩ ♩ ♩ ♩
Sekitaran 20 menit kami habiskan untuk makan. Sama sekali tidak ada pembicaraan setelah aku dan Papa gondrong bertukar piring. Hening menyelimuti kami.
Aku meneguk hingga habis susu caramel ku. Sebenarnya, tadi tidak ada susu caramel di meja makan. Tapi lagi-lagi, aku merengek meminta susu caramel. Dan ya, aku mendapatkannya.
"Enak?" Tanya Kakak lelaki buta.
"Kalau tidak enak. Aku pasti sedaritadi sudah memuntahkan susu ini di wajahmu," Jawabku yang dihadiahi dengusan dari Kakak lelaki buta.
Kakak brainly berjalan mengambil sapu tangannya, lalu mengelap sisa susu yang ada di bibirku. Aku sedikit kaget, ini cukup aneh ia malah perhatian. Tapi tidak menolak perlakuannya.
Dirasa sudah puas dengan makan malam ku, aku sedikit mencondongkan badan kearah Kakak brainly berjalan, lalu ku kecup pipi kirinya. Tak hanya Kakak brainly berjalan, aku juga mengecup pipi Kakak lelaki buta dan juga Papa gondrong. Lalu aku berpamitan kepada mereka.
"Selamat malam Papa dan kedua Kakak tampan, aku ingin tidur, bermimpi indah lah," Pamitku tak lupa dengan senyuman manis.
Jujur saja, sedari dulu aku ingin mengecup pipi keluarga ku, tapi tidak pernah kesampaian. Pasalnya, orang tuaku selalu menganggapku sudah dewasa, dan perlakuan mengecup pipi terlalu kekanak-kanakan, padahal aku sangat menginginkannya, huh.
Tapi disini, aku memberanikan diri mengecup pipi Papa dan Kakak terkutuk. Veddira berumur 14 tahun yang membuatku merasa tidak masalah jika mengecup pipi keluarga nya. Kebiasaan baru dimulai dari sekarang!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess [Completed]
FantasyVeddira Elmeira Franklin, kerap dipanggil Veddira yang artinya hadiah dari Tuhan. Hadiah? Haha, tentu saja bukan, lebih tepatnya 'bencana' dari Tuhan. Anak dari keluarga terpandang Franklin, si bungsu kesayangan? Bukan, dialah sumber masalah dari se...