45) Bolos

12.9K 2.1K 53
                                    

"Nona Veddira. Dimana tugas yang saya berikan 3 hari yang lalu?"

"Tidak ada, Bu fisika,"

"Angkat kaki dari kelas. Anda saya hukum berlari mengelilingi sekolah, dari atas sampai bawah. CEPAT!," Aku dibentak karena tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) dari Bu fisika yang terkenal galak, menyeramkan, tidak berperikemanusiaan.

"Kalau aku tidak mau?" Tantangku.

"Keliling atau saya beri anda SP 1?" Ancam Bu fisika.

"Aish, Bu fisika katanya galak? Kenapa memakai SP? Lebih baik menceramahi saya daripada membuang kertas, Bu," Kataku santai yang Bu fisika balas dengan tidak santai.

"VEDDIRA ELMEIRA FRANKLIN!"

"Hadir kok, Bu. Sekedar info ya, telinga saya sakit mendengar teriakan Bu fisika," Kataku lalu mengusap telingaku yang memerah akibat teriakan Bu fisika.

"Ketua kelas," Panggil Bu fisika.

"Iya, Bu. Ada apa?" Jawab ketua kelas.

"Panggilkan Ketua Dewan, sekarang," Ketua kelasku lantas pergi memanggil Ketua Dewan untuk menjemputku. Untuk apa? Berkencan lah.

"Yuhuu! Aku akan meninggalkan kelas bersama Ketua Dewan yang tampan. Selamat tinggal teman kelasku tersayang~," Pamitku yang dihadiahi oleh teriakan tidak terima dari teman sekelasku.

"Siapa yang tampan?" Tanya Ketua Dewan yang tlah tiba di kelas untuk menjemputku.

"Tentu saja kau. Oh astaga, Pangeran tampan kini menjemputku," Jawabku dengan sedikit dramatis. Aku melangkahkan kakiku mendekat ke Ketua Dewan.

"Benar, aku akan mengantarmu ke Ruangan Kesehatan. Sepertinya kau terkena gangguan jiwa," Kata Ketua Dewan lalu menyentuh jidatku menggunakan punggung tangannya. Aku meresponnya dengan gelengan, tanda aku tidak setuju. Lalu mengangguk tanda aku juga setuju.

"Kau harus mengantarku ke pelaminan, bukan ke Ruangan Kesehatan. Dan juga, aku terkena gangguan jiwa karena ketampananmu yang seperti sikap Bu fisika," Kataku berlebihan lalu menatap Bu fisika.

"Sikap saya kenapa, Nona Veddira?" Tanya Bu fisika dengan nada kesal.

"Tidak berperikemanusiaan," Jawabku sembari tersenyum manis.

"SERET DIA KELUAR!" Aduh, Bu fisika mengamuk.

"Benar. Aku akan menyeret Ketua Dewan ke pelaminan. Sampai jumpa~," Pamitku lalu menarik lengan Ketua Dewan keluar dari kelasku.

"Kau mau kemana, Nona Veddira?" Tanya enam lelaki yang kini menatapku horor. Baru saja aku menyeret Ketua Dewan keluar kelas, malah disambut dengan tatapan horor lelaki-lelaki tampan, huhu.

"Berkencan dengan Ketua Dewan yang tampan. Jangan lupa merindukanku ya!" Jawabku sambil berlari meninggalkan keenam lelaki gila tersebut yang tak lain adalah kedua Kakakku, Pangeran Orion, Daryan, dan Vadlan.

"Jangan harap kau lolos, Ketua Dewan..," Geram keenam lelaki tersebut yang kini menatap Ketua Dewan dengan tatapan berapi-api.

"AKU MENYAYANGI KALIAN BERENAM!" Teriakku karena posisiku kini jauh dengan posisi mereka.

"KAMI JUGA!" Jawab mereka berenam yang membuatku tertawa salah tingkah. Menggemaskan sekali!

♩ ♩ ♩ ♩

"Hey Ketua Dewan," Panggilku saat aku dan Ketua Dewan sampai ke tempat tujuan. Tempat tujuannya adalah Ruangan 14 AD. Hahaha takbir.

"Kita akan melakukan apa disini?" Tanyaku.

"Berbuat mesum," Jawab nya yang ku hadiahi bogeman pada pipinya. Ia lantas meringis kesakitan dan memegang pipinya yang kini terlihat memar.

"Jangan mesum kau denganku. Jagalah keperjakaan mu wahai lelaki!" Kataku sambil menunjuk ke arah Ketua Dewan.

"Lancang sekali kau. Sudah memukul pipi keras, sekarang menunjukku dan meneriaki ku. Kau harus diberikan hukuman berat," Kata Ketua Dewan lalu menatapku sinis.

"Ya siapa suruh ingin berbuat me—,"

"Jijik. Aku tidak nafsu jika harus berbuat mesum denganmu," Ketua Dewan memotong ucapanku yang sedikit menohok hatiku.

"Apa? Tubuhku bagus begini, kok! Mau melihatnya?" Tawarku dengan nada sinis. Bahkan aku juga menatap Ketua Dewan sinis.

"Mohon maaf. Mataku tidak ingin menatap tubuh kerempengmu," Ejeknya yang diakhiri dengan kekehan sinis.

"Ah, begitu ya?" Tanyaku lalu mendekat ke arah Ketua Dewan.

Ketua Dewan yang sepertinya mengerti dengan trik bermainku, lantas mundur hingga punggungnya menabrak dinding. Aku menahannya dengan kedua tanganku menempel pada dinding di antara kepalanya.

"Pendek," Ejeknya lagi. Ia sedikit menurunkan badannya agar sejajar dengan badanku.

"Kau yang terlalu tinggi," Belaku.

"Terserah," Jawab nya.

"Kau mau menghukumku, kan?" Tanyaku.

"Benar," Jawab nya.

"Baiklah, aku memiliki ide," Kataku lalu menepuk-nepuk pundak Ketua Dewan.

"Apa?"

"Kau dan aku, mari kita..," Aku menjeda ucapanku.

"Bolos," Lanjutku yang dihadiahi sentilan pada jidat mulusku.

"Bolos," Lanjutku yang dihadiahi sentilan pada jidat mulusku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Villainess [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang