14) Ritual

31.5K 4.4K 220
                                    

Kini aku sedang duduk menatap semua perlengkapan sekolahku. Padahal faktanya, Veddira sekolah saat menginjak umur 15 tahun. Ini berbanding balik dengan alur ceritanya.

"Tak ku sangka, jadi begini Akhirnya,"

"Semoga Papa tak sadar, diam-diam ku menyantetnya," dengan penuh keyakinan aku menyanyikan salah satu lirik lagu saat aku masih berada di tubuh asliku. Padahal tidak pas dengan nadanya.

"Baiklah kalau begitu, aku akan memulai ritual santet kepada Papa gondrong terhormat," Kataku lalu memanggil Rana dan menyuruhnya mengambilkan ku beberapa lilin dan korek api. Waktunya berpesta.

14 menit aku menunggu Rana mengambilkan beberapa lilin dan korek api untukku. Dan sekarang, aku tengah menyusun lilin-lilin dengan rapi mengelilingi ku, lalu menyalakan semua lilin menggunakan korek api.

"Ok, ritual dimulai," Kataku lalu memejamkan mata. Menggoyangkan badanku searah dengan jarum jam. Rana yang melihatku melakukan ritual bergidik ngeri.

Tok tok tok

Menyebalkan, seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku sedang menjalankan ritual hey!

"Masuk," Sahutku.

"Papa ingi —wow, apa yang kau lakukan?," Kakak lelaki buta ternyata, kukira siapa.

"Sedang melakukan ritual," Jawabku.

"Ritual apa?" Tanya Kakak lelaki buta.

"Ritual memanggil babi,"

"Keren. Babinya sudah tiba?"

"Sudah,  kini aku sedang berkomunikasi dengannya," Ucapku sembari tersenyum manis kepada Kakak lelaki buta.

"Maksudmu.. Aku?" Tentu saja. Tidak mungkin yang ku maksud adalah Rana, hadeh.

"Ya," Jawabku.

"....," Dia terdiam.

Tak lama ia berteriak memanggil Papa dan Kakak brainly berjalan. Tanpa menunggu lama, kedua lelaki itu sudah berada di kamarku.

"Kau melakukan apa, Veddira?" Tanya Kakak brainly berjalan.

"Melakukan ritual, kenapa?" Jawabku datar.

"Dia melakukan ritual memanggil babi! Dan babinya adalah aku! Kalian bayangkan saja, aku yang tampan malah menjadi babi!? Tidak mungkin!" Oceh Kakak lelaki buta.

"Sepertinya aku perlu mempercepat tanggal masuk sekolah mu, Veddira. Semakin dibiarkan kau semakin menjadi-jadi," Kata Papa gondrong sambil menggelengkan kepalanya.

Kesal. Akupun mengerucutkan bibirku, tak lupa menyilangkan tangan di dada. Sesekali melirik ketiga lelaki di sebelah kiri ku.

"Aku hanya mau ritual! Kakak lelaki buta juga mengapa geer sekali!?" Belaku.

"Kakakmu yang tampan ini kau katai buta!? Sepertinya kaulah yang buta!" Balasnya.

Semakin kesal. Aku diam menatap tajam ke arah Kakak lelaki buta, ia juga melakukan hal serupa denganku. Seandainya ada laser yang dapat keluar dari mata, maka pasti sedaritadi laser mataku dan laser mata Kakak lelaki buta beradu.

"Kau buta!" Ejekku.

"Kau jelek!" Balas nya mengejekku.

"Setidaknya aku tidak buta!"

"Setidaknya aku tampan!"

"Tampan? Cih. Bahkan kuda dalam kandang lebih tampan dari wajahmu!"

"Akui saja! Kau pasti iri denganku, kan!?" Kenapa dia kekeuh sekali sih!? Tolong seret dia ke neraka!

"Dasar Kakak lelaki buta!"

"Dasar gadis bencana!"

"Aku gadis bencana? Kau sekarang menghancurkan ritualku! Kaulah lelaki bencana!"

"Ritual macam apa itu!? Dasar aneh!"

"Dasar pengganggu!"

"Kenapa aku memiliki Adik yang tidak waras, sih?"

"Tolong berkaca lah, kau juga tidak waras!"

"Hentikan, atau kalian ku kirim ke kerajaan Utara?" Sahut Papa yang membuat aku dan Kakak lelaki buta bungkam.

Kerajaan Utara sangatlah dingin. Tubuh Veddira dan tubuh Zevrey tidak tahan dingin, bahkan pernah mereka hampir mati karena kedinginan. Maka tak heran, kalau aku yang berada di tubuh Veddira langsung bungkam, begitu pula Zevrey.

Tak

Aku menoleh. Kakak brainly berjalan sedang merapikan lilin-lilin yang tadi rencananya, ku gunakan untuk ritual. Oh tidak bisa, aku akan mengamuk!

"KENAPA KALIAN SELALU MEMANCING EMOSI KU SIIIH!?" Amukku.

Dan malam itu menjadi saksi, bahwa 3 lelaki yang selalu membuat orang-orang tunduk kepada mereka, kini tunduk kepadaku. Tak lupa dengan tanda merah di telinga masing-masing lelaki itu. Waktunya melampiaskan semua emosiku.

 Waktunya melampiaskan semua emosiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Villainess [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang