Tik tik tik tik
Suara ketikan dari keyboard sedari tadi terdengar di pendengaran orang-orang di sekitarnya, namun ia tetap berfokus tidak menghiraukan orang-orang yang meliriknya karena suara ketikannya yang cukup berisik.
"Daan... Selesai." Ucapku sembari tersenyum puas. Aku sudah menyelesaikan bab terakhir dari cerita yang sedang aku tulis, berjudul 'Unwanted Bond'. Setelah menatap ulang bab yang baru saja ku tulis dan merasa tidak ada kesalahan kata, akupun mematikan laptop lalu membereskan barang-barang di meja kerjaku. Ugh, sangat berantakan, seperti kandang kuda saja.
Dirasa semua beres, aku berdiri lalu berpamitan dengan teman kantor ku, lalu melangkahkan kaki menuju parkiran dimana mobilku terparkir disana.
Astaga, aku lupa, aku belum memperkenalkan diri. Perkenalkan, namaku Alara Dillingham, Anak tunggal dari sepasang suami-istri bukan suami-suami apalagi istri-istri. Berprofesi sebagai penulis novel bertema fantasi, Remaja berumur 19 tahun, walau masih muda aku sudah mempunyai penghasilan sendiri.
Ya ya, aku sedikit menyombongkan diri, lagipula menjadi penulis tidak semudah itu, perlu perjuangan didalamnya, bukan luarnya.
Sudahlah aku malas berbasa-busa, aku sudah sampai di depan mobilku, segera aku membuka lalu menyalakan mesin mobil, setelah selesai aku mulai menancap gas menuju Supermarket.
Aku hanya diam menatap ke depan. Tidak ada alunan musik ataupun percakapan antara diriku sendiri dengan hatiku, benar-benar hening.
Tiba-tiba saja, aku merasakan bagian kiri dadaku seperti tertusuk ribuan jarum. Aku terkena serangan jantung lagi. Karena serangan jantung aku secara mendadak menunduk, alhasil mobilku yang tadinya berjalan lurus berubah menjadi berjalan ke kiri dan ke kanan.
Beberapa mobil dan motor mengklakson melihat mobil ku yang ugal-ugalan, tapi aku seakan tuli tak mendengar itu semua, hanya berfokus pada rasa sakit ku.
Tanpa ku sadari, di depanku terdapat belokan tajam yang banyak merengut nyawa orang-orang yang tidak berhati-hati dalam berkendara. Sepertinya aku korban selanjutnya.
Brak ciit
Darah mengalir di pelipis juga mataku. Mataku terkena serpihan kaca mobilku yang pecah. Semua tubuhku rasanya lemas tak berdaya, aku masih dapat melihat sekitar. Orang-orang di sekitarku mulai mendatangiku lalu membalikkan mobilku, karena mobilku berada dalam posisi terbalik, dan aku dibawah.
Dapat ku rasakan cahaya terang, sampai akhirnya aku menutup mata rapat, dan tak sadarkan diri.
♩ ♩ ♩ ♩
"Dia anak yang merepotkan, aku malas sekali melihat wajahnya,"
"Kau benar, aku juga jijik menggantikan bajunya, dia pembuat onar tak pantas mendapatkan pelayanan,"
"Bahkan keluarga nya sendiri tak menyukainya, bisakah dia didepak dari Istana? Aku kesal melihat wajah datarnya,"
Samar-samar aku mendengar ocehan beberapa perempuan, sepertinya mereka perempuan lebih tua dariku. Aku mulai membuka mata lalu melirik sekeliling. Ini aneh, aku baru tau bahwa dunia modern memiliki ruangan setinggi ini, langit-langit ruangan ini saja berlapis perak, apakah itu perak asli? Kalau palsu sayang sekali.
"Hey! Dia sudah sadar,"
"Ugh, tolong mati saja nona muda. Kau hanya menjadi bencana dan bukan hadiah sesuai namamu,"
Menyebalkan, salah satu dari mereka malah menghujat ku, untung saja aku anak penyabar, anti bar-bar club.
Aku melihat kearah beberapa perempuan yang tadi sempat mengoceh. Mereka memakai pakaian bak pelayan, ah tidak! Mereka benar-benar memakai pakaian pelayan, sudah 2 keanehan yang kulihat dari mata kepalaku sendiri.
Tunggu, tatapan dari para perempuan yang sekarang ku tatap sungguh tidak bersahabat, perlu ku congkel kah mata kalian? Lebih baik ku pajang di dinding mata kalian itu daripada menatapku seperti musuh.
"Apa?" Tanyaku, mereka menatapku heran, seakan-akan aku bersikap aneh.
"Nona muda, bagaimana keadaanmu?" Tanya salah satu dari mereka. Aku menatapnya datar setelah sadar bahwa dialah yang menghujatku tadi.
"Kau buta? Aku baru saja bangun, kau pikir saja sendiri bagaimana keadaanku," Sarkasku.
Mereka terkejut, segera mereka berpamitan kepadaku lalu pergi dengan sedikit berlari. Apakah aku mengatakan hal tidak baik? Tentu saja! Bahkan perkataanku lebih baik daripada perkataan perempuan memakai baju pelayan tadi.
_To be continued_
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess [Completed]
FantasíaVeddira Elmeira Franklin, kerap dipanggil Veddira yang artinya hadiah dari Tuhan. Hadiah? Haha, tentu saja bukan, lebih tepatnya 'bencana' dari Tuhan. Anak dari keluarga terpandang Franklin, si bungsu kesayangan? Bukan, dialah sumber masalah dari se...