43) Handphone

14K 2.2K 13
                                    

Semenjak insiden Branwen phone yang ku perlihatkan di depan publik, orang-orang mulai menawarkanku harga Branwen phone untuk mereka beli. Jujur saja, aku tidak mau berbagi teknologi buatanku. Tapi, karena aku ingin terkenal, jadi aku mengiyakan tawaran mereka.

"Hm, sepertinya aku perlu menambah beberapa fitur untuk memperbagus guna handphone ku," Kataku pada diriku sendiri.

"Bagusnya aku menambah fitur apa, ya?" Pikirku

"Fitur AppStore? Jijik. Terlalu banyak mengambil memori nantinya," Orang-orang masa kini (sebagai Veddira Elmeira Franklin) sangatlah boros. Sebenarnya aku dapat mengambil keuntungan dari hal tersebut. Namun, keluargaku sudah kaya, apa iya harus menjadi lebih kaya?

"Kalau aku terus-menerus memakai sihir untuk mengisi baterai handphone ini, akan membuat sihir menjadi langkah," Aku mulai memutar otakku mencari solusi agar tidak mendapatkan dampak buruk dari handphone buatanku.

"Tapi.. sebagian besar kerangka handphone ku adalah sihir. Bukan kerangka seperti handphone di masa depan," Aku menggaruk kepalaku bingung. Ternyata sulit juga mengharumkan nama keluarga.

"Ahh benar. Jaringan," Aku menepuk jidatku. Mengapa aku terlalu pikun.

"Untung saja kemarin video ini tidak sempat mengalami kerusakan ataupun hambatan, fiyuh," Legaku.

"Jaringan disini tidak ada, ya?" Tanyaku pada Rana yang sedang menemaniku di perpustakaan.

"Tidak, Nona," Jawab Rana yang membuatku menganggukkan kepala.

"Jaringan, sihir. Jaringan, sihir. Jaringan, sihir," Kataku berulangkali membuat Rana sedikit keheranan.

"Baiklah. Mari membuat jaringan," Kataku dan mulai menimbulkan keributan di istana.

♩ ♩ ♩ ♩

"Itu apa lagi?" Tanya seseorang dari belakangku.

Aku kini tlah membuat jaringan dalam bentuk chipset. Jika chipset di masa depan berbentuk kotak dan di atasnya seperti polisi lalu lintas, maka chipset buatanku lebih sederhana lagi, alias berbentuk seperti akuarium.

Mengapa akuarium? Chipset buatanku transparan. Ditambah lagi di dalamnya terdapat ramuan yang sudah ku rancang selama 6 ½ jam.

Kalau kalian pikir jaringan buatanku akan memudahkan dalam berkomunikasi, maka jawabannya adalah tidak.

Aku bukan orang sehebat itu untuk membuat jaringan yang menyambung antar handphone. Lagipula, kebiasaan mengirim surat melalui burung sudah sangat bagus. Aku tidak mau merubah kebiasaan orang di jaman ini, aku juga mau merasakan saling bertukar surat melalui burung bersama seseorang, hehe.

Jaringan buatanku hanya akan mempermudah seseorang untuk berfoto, presentasi, merekam video, dan sebagainya. Dan itupun untuk presentasi, orang tersebut harus mengedit presentasi nya sendiri. Jujur, ini lebih condong ke memori dibandingkan jaringan. Tapi terserahku, apa kalian bisa membuatnya juga? Pasti tidak wle.

Untuk mencari data-data dunia, juga tidak bisa. Jaringan seperti itu perlu memakan waktu yang lama untuk membuatnya. Aku juga tidak begitu mau dianggap sebagai sosok 'jenius'. Ya walaupun memang jenius.

"Ini namanya chipset. Benda ini akan memperbagus guna handphone ku yang sebenarnya, sudah sangat bagus," Jawabku dengan menyombongkan diri.

"Ternyata putri bungsuku sosok yang jenius, ya," Puji Papa. Orang yang tadi bertanya adalah Papa gondrong.

"Tentu saja. Aku berasal dari keluarga Franklin," Kataku bangga. Papa merespon perkataanku dengan jempol ke atas dan menepuk-nepuk kepalaku.

"Tidurlah, sudah malam," Suruh Papa.

"Aku mau dibacakan dongeng sebelum tidur, Papa," Kataku memohon pada Papa.

"Kami yang akan membacakanmu dongeng sebelum tidur," Kedua Kakakku tiba-tiba saja berada di samping Papa. Alhasil, Papa berada di tengah-tengah mereka.

"Tidak. Ia menawariku, bukan kalian," Kata Papa sengit.

Kalau tadi aku yang membuat keributan. Maka sekarang, merekalah yang membuat keributan.

♩ ♩ ♩ ♩

Sekolah tlah tiba. Aku turun dari kereta kuda lalu berjalan memasuki perkarangan sekolah. Berita tentang sidangku dan Marquess Edelmiro yang tlah diturunkan pangkatnya menjadi Viscount Edelmiro.

"Ku dengar ia menggunakan teknologinya sebagai barang bukti. Bahkan teknologinya terlihat sangat mengagumkan!"

"Tak heran ia terkenal. Ya walaupun ia terkenal pada dasar gadis bencana,"

"Kau yakin dia tidak pintar? Menurutku dia sosok berotak encer,"

Menangislah, Soraya. Aku siap merekam tangisanmu dalam handphone ku.

 Aku siap merekam tangisanmu dalam handphone ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Villainess [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang