chapter eleven : little did they know

1.2K 244 33
                                    

Kalian mau tau gak se-random apa seorang Winter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian mau tau gak se-random apa seorang Winter.

Di jam 12 malem Winter pergi ke supermarket 24 jam cuma karena pengen makan eskrim coklat yang notabenenya dia udah punya banyak dirumah.

Garis bawahi jam 12 MALEM.

Winter markirin mobilnya didepan supermarket, abis itu beli eskrim. Dia duduk didepan supermaket sambil makan eskrimnya.

"Winter..." panggil Jeno.

Winter terkesiap, "Lo kok bisa disini?!"

Winter buru buru ingin pergi darisana tapi diurungkan setelah melihat muka Jeno yang babak belur.

"Muka lo kenapa?" tanya Winter.

Jeno mendudukan dirinya disamping Winter, lalu tertawa kecil, "Sssshh, biasa."

"Lo kenapa ngerintih gitu?"

"Karena sakitlah."

Jujur Winter paling gak bisa ngeliat orang yang luka gini.

Tapi ini Jeno.

Winter bergelut dengan pendapat logika dan hatinya yang berbeda.

Winter menghela napas, "Lo kesini jalan kaki?"

Jeno ngangguk, "Mobilnya gue tinggalin disana."

Winter tau 'disana' yang dimaksud Jeno itu tempat apa.

"Yaudah ayo ikut gue, kita ke apotek biar luka lo gue obatin. Gak betah liatnya."

Winter meninggalkan Jeno, membiarkan cowok itu jalan sendiri. Jangan harap Winter akan membantu Jeno.

Sedangkan Jeno tersenyum senang, sebelum akhirnya mengikuti Winter dengan langkah tertatih.

















"Aw! Pelan pelan dong." keluh Jeno.

"Ini udah pelan. Makanya lo tuh sadar kek, masih aja kayak gini!" omel Winter.

Sungguh, walaupun sakit Jeno seseneng itu bisa deket dan denger omelan Winter lagi. Hatinya menghangat. Kalau Jeno boleh berharap, ia ingin waktu berhenti sebentar saja.

Winter menempelkan plester dipelipis Jeno.

"Ngapain lo senyum senyum!" Winter menjauhkan dirinya dari Jeno.

"Thank you." ucap Jeno lembut.

"Udah sana pulang. Udah jam 1 lewat, besok sekolah." ucap Winter menyuruh Jeno turun dari mobilnya.

Jeno gak ngejawab, dia justru mengatakan hal yang Winter gak ingin denger.

"Win, i miss you. I really miss you that much." Jeno memiringkan badannya.

"Turun Jen," kata Winter, matanya lurus menatap ke depan.

"Gue tau lo juga sama kayak gue. Kalo enggak, lo gak mungkin ngobatin gue."

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang