chapter fourteen : obfuscate

1.1K 230 45
                                    

Juyeon membawa mobilnya keluar dari parkiran apartment Karina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juyeon membawa mobilnya keluar dari parkiran apartment Karina.

"Sialan, kenapa gua jadi cemen gini."

Padahal ini bukan pertama kalinya Juyeon menyatakan perasaan kemudian ditolak mentah-mentah oleh Karina.

Kayaknya udah gak terhitung deh, dari yang mode bercanda sampe serius.

Dan Juyeon masih gak paham kenapa dia selalu ditolak.

Padahal menurut Juyeon, dirinya dan Karina udah saling mengenal sampe ke dalem dalem.

Lagi enak overthinking, tiba-tiba handphone Juyeon berdering..

Kevin is calling...

"Halo,"

"NYETTTT SOKINNNN DR*G*NFLY!"

Juyeon refleks mencopot earphonenya, saat mendengar dentuman musik yang cukup keras dan juga suara nyaring Kevin.

"Otw."

"TUMBEN LU LANGSUNG MAU, GAK PAKE DRAMA PAKSA PAKSA DULU!"

"Hm."

Juyeon memutuskan sambungan teleponnya. Lalu menancap gas menuju kelab malam yang disebut Kevin.

Mungkin ini saatnya, if life gives you lemons add vodka.










"Temen lu berhentiin bego!" seru Mark.

"Minum vodka kayak minum le mineral anjing nggak ada pedih pedihnya." tambah Rocky.

"Biarin lagi patah hati." ujar Kevin.

"Sotil," kata Hendery.

"Sotil apaan?" tanya Mark.

"Sotau itil."

"Bangsat."

"Juy udeh, ntar lu oleng siapa yang bawa pulang, banci?" kata Rocky.

"Aman."

"Aman biji lu. Udeh sana balik."

"Bacot, liat nih gua masih sadar." semprot Juyeon sambil melebarkan matanya.

"Tau anying! Nih bocah ngerokok emang enggak, tapi kalo minum bah nggak usah ditanya." ucap Kevin yang udah paham betul toleransi Juyeon ke alkohol itu tinggi banget.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang