"Sayang...kamu bilang, kamu mau buat gelang bareng Mama buat dibagiin ke anak-anak di rumah sakit lagi ya?" Taeyeon mengatur napasnya—mengumpulkan sisa-sisa oksigen untuk melanjutkan ucapannya. "Yuk, kita buat sekarang. Tapi kamu harus bangun dulu baru kita bisa buat gelangnya bareng-bareng. Bangun ya, nak?""Ma—" Taehyung merangkul pundak Taeyeon pelan.
"Maafin Mama—maafin Mama nak...selalu sibuk dan gak bisa luangin waktu buat kamu." Taeyeon bersandar sepenuhnya kepada Taehyung—anak laki-lakinya, ia terlalu lelah saat ini.
Taeyeon mengelus rambut Winter, menatap anak bungsunya lamat-lamat dengan air mata yang terus mengalir deras, "Anak Mama—anak baik—kamu terlalu baik untuk hidup di dunia ini, makanya Tuhan ambil kamu dari Mama."
"Ma, ikhlas ya?" Taehyung menahan air matanya sekuat mungkin, lalu ia mengusap air mata Mamanya.
Taeyeon menggelengkan kepalanya lalu memukul-memukul dadanya, "Hati Mama sakit Bang. Mama gagal ngelindungin anak sendiri, Mama gagal." Taeyeon meraung-raung.
Baekhyun yang sedari tadi melamun, berdiri di ujung peti langsung berjalan ke arah istrinya dan memeluknya erat tanpa mengucapkan sepatah katapun. Air mata Baekhyun ikut mengalir mendengar tangisan pilu Taeyeon.
Taehyung masih berusaha menahan air matanya sampai Jennie datang dan membawanya kepelukannya juga.
"Aku disini." Jennie menangis tanpa suara sambil mengusap punggung tunangannya itu, "You can cry, it won't make you weak."
"I lost my sister." gumam Taehyung, "Ini salah aku Jen. Kalau aja aku pulang kantor lebih awal—"
"No, it's not your fault. Kita bakal cari pelakunya bareng-bareng sampe ketemu, oke?"
Taehyung menangguk, "We should."
Disaat Jennie masih memeluk Taehyung, ia melihat Hyunjin dan Juyeon yang baru datang dengan tergesa-gesa. Terlihat dari dasi dan jas yang belum cowok itu pakai dan kemeja serta rambutnya yang berantakan. Dan teman lainnya yang Jennie gak hapal namanya.
Para orang tua yang hadir, termasuk Mama Karina, Mama Juyeon dan Papa Hyunjin segera menghampiri Baekhyun, Taeyeon, Taehyung, Jennie dan keluarga untuk menyampaikan rasa duka cita yang mendalam.
"Winter..." Jaemin mengelus rambut dan pipi Winter, lalu menggenggam tangan Winter. "Kamu becanda kan? Iya, kan? Becanda kamu gak lucu, Winter." ucap Jaemin dengan nada yang senakin mengecil. Dia menangis pilu, tidak keras tapi cukup membuat orang disekitarnya ikut merasakan pedih di dada mereka.
Hyunjin menarik napasnya, kemudian mengusap punggung Jaemin. Hyunjin merasa dia lagi ngeliat dirinya sendiri saat kehilangan Ibunya dan Kembarannya dulu. Hyunjin juga sedih, sangat. Karena sekarang dia harus kehilangan lagi, kali ini sahabatnya.
Tapi Jaemin beda, hari ini dia hancur. He lost her, forever.
"Why she is so cold and pale?" lirih Jaemin, sambil menatap Juyeon disampingnya.
Juyeon yang ditatap Jaemin kayak gitu juga bingung harus apa. Dia cuman bisa merangkul lengan Jaemin, dan menepuk-nepuknya.
"She is not sick anymore, Jaem. She is free and happy now." ucap Juyeon.
Jaemin menatap Juyeon dengan matanya yang memerah, kemudian beralih menatap Winter yang terbaring kaku.
"But i'm not."
🔜🔜🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Fiksi Penggemar"If life gives you lemons, add vodka." -Hyunjin, Karina, Jaemin, Winter, Juyeon ©blushbxrry, 2020 (DILARANG PLAGIAT‼️) Some of content in this story ©to the rightful owner Highest Ranks🌻 #1 - yoojimin #3 - kimminjeong #5 - aespa #7 - winter #10 - k...