Chapter 1: Dunia baru

542 40 3
                                    

Pertengahan musim panas, bulan ke-7 tahun 1815.

Desa Frieden.

"Rigel ayo makan."

Suara seorang perempuan terdengar dibalik pintu kamarku.

Sesaat, aku melihat kearah pintu lalu mengabaikannya dan fokus membaca buku yang aku pegang.

Beberapa minggu yang lalu, aku diizinkan lagi untuk meminjamkan buku milik Ayahku.

Ayahku merupakan seorang bangsawan Baron yang merangkap sebagai komandan batalion dimiliter.

Aku sebagai anaknya selalu dituntut untuk menjadi seorang pemimpin yang bertipe militeristik, walaupun sekarang umurku baru delapan tahun.

"Rigel cepat keluar, semua sudah menunggu."

Aku masih tetap berada ditempatku, duduk di lantai beralaskan karpet sambil bersandar pada sisi samping tempat tidur, membaca satu persatu halaman.

Pintu terbuka dan seorang wanita masuk.

"Rigel waktunya makan malam. Ayo pergi keruang makan sekarang, semua orang sudah menunngu."

"Sebentar Ibu, beberapa halaman lagi aku akan selesai," kataku sambil tetap melihat buku.

Didepanku terlihat wanita dewasa berdiri dengan mengunakan setelan bangsawan yang nampak sederhana namun tetap anggun.

Dia adalah Ibuku, wanita dewasa Dengan rambut berwarna silver panjang yang dikepang dengan poni pendek menyamping dan bola mata yang berwarna ungu, dan namanya adalah....

[Annie Plumsen]

"Rigel, membacanya bisa dilanjutkan nanti, yang penting sekarang kita makan dulu, apa kamu mau melawan Ibu?" ucap Ibuku dengan Wajah yang terlihat kesal.

Melihat tatapan Ibuku, aku langsung berlindung dibalik buku yang aku pegang.

"B-baik Ibu, tapi... lihatlah aku sedang mencoba memahami beberapa kata disini." Aku menunjuk kesalah satu kata dibuku itu. "Lihat Ibu ada beberapa istilah yang belum aku pahami."

Sontak topik pembicaraan Ibuku terahlikan setelah Aku mencoba menunjukan buku yang aku pegang kepadaanya.

Ibuku melihatnya lalu mencoba menggendongku dan menempatkanku didalam pangkuannya kemudian bersamanya duduk dikasur. Dia mengambil buku tersebut dari tanganku dan mencoba menjelaskan kepadaku.

"Baiklah dimana kamu tidak mengerti?."

Aku tersenyum lalu menunjuknya.

"Disebelah sini, sini dan disini, aku tidak mengerti."

"Baiklah....."

Bruk....

"Eh..."

Buku yang aku pelajari ditutup dan segera di letakan sampin kanan tempatku dan Ibuku duduk.

kemudian dia memegang kedua lenganku, mengangkat badanku dari pangkuanya lalu memindahkanku keluar dari tempat tidurku dan menggiringku keluar dari ruanganku.

"Eh...kenapa Ibu, kenapa kita-"

"Orang lain sudah menunggu kita di ruang makan. tidak sopan untuk membuat mereka menunggu," ujarnya dangan tegas

"B-baik Ibu."

Kami berjalan menyusuri koridor rumah, kami tinggal disebuah mession yang tidak terlalu besar, tidak bertingkat, namun memiliki luas yang cukup untuk ditinggali beberapa orang.

Ibuku memegang tanganku sambil menuju keruangan makan.

***

Diruangan makan, aku melihat tiga orang yang telah duduk di meja makan. Aku dan Ibuku menyusul mereka dan segera duduk dimeja makan.

The Story of Mr.RigelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang