Chapter 10 : Melihat

124 9 0
                                    

Kota Liberty

Kota penghasil besi terbesar di Kerajaan yang berada di timur laut.
Dengan sebagian besar wilayah kota ini adalah pegunungan bebatuan, membuat kebanyakan  penduduknya bermata pencarian sebagai penambang.

Bukan hanya besi saja yang ditambang disini, namun batu dan pasir juga ditambang disini. Bahkan kebutuhan bahan bangunan biasanya dipasok dari Kota ini. Hal ini membuat kota ini sangat penting bagi kerajaan Haitofia.

Matahari sudah lama terbenam, kegelapan menjadi pemandangan dibalik kaca jendela kereta api yang aku naiki. Dua jam lebih aku berada dalam kereta, sambil ditemani Rigel aku melihat kearah jendela. Walaupun jauh dan juga gelap aku melihat hamparan pepohonan yang ada.

"Tuan muda."

Pandanganku beralih kearah Sebastian yang memanggilku.

"Ini Tuan muda," Sebastian memberikan aku segelas teh hangat kepadaku.

"Terima kasih." Aku menyeruputnya teh itu seraya melihat keluar.

"Tuan muda." Sebastian memanggilku lagi, Aku menoleh.

"Ada apa Sebastian."

"Apa anda Gugup? Jika ada hal lain anda bisa memintanya kepada saya."

"Terima kasih, tapi-"

Tiba tiba kereta yang aku naiki berhenti, aku yang duduk memberikan gelas ke Sebastia lalu aku langsung membuka jendela untuk melihat keluar.

Ketika jendela kereta aku geser, udara dingin terasa melewati tubuhku. Ini sudah memasuki musim semi namun hawa dingin masih terasa disini.

Aku dari dalam gerbong melihat kedepan kereta, seseorang dari jauh mengibarkan bendera merah. Terlihat juga beberapa prajurit bersenjata disamping lokomotif yang sedang berhenti.

Tak lama kemudian Ayahku datang.

"Kalian berdua ikut denganku, kita turun disini."

Aku bertanya. "Tapi kotanya masih-"

"Tidak usah bicara, cepat turun."

Aku dan Sebastian mengangguk diam dan mengikuti Ayahku turun dari kereta.

***

Kami turun dari kereta lalu berjalan disebelah gerbong kereta api yang berhenti. Dengan Sebastian di belakangku dan Ayahku didepanku, aku berjalan menuju kearah lokomotif kereta. Dan saat kita sudah didepan lokomotif, aku terkejut melihat apa yang tejadi.

"Woah... Kawahnya besar sekali"

"iya Tuan Muda, pasti ini ulah dari pasukan wyvern dari Republik," ucap sebastian.

Kawah besar itu menutupin jalur kereta api, beberapa prajurit dan pekerja kontruksi berusaha memperbaiki jalur kereta tersebut.

Aku berjalan memutari kawah tersebut, namun ada yang membuatku tidak nyaman saat berjalan ditempat itu.

"Tuan Muda, apa anda merasakannya," bisik Sebastian sambil menggandeng senapan Riffle.

"Hahh... "

Beberapa prajurit menatap kami, dan aku dapat mendengar perkataan mereka.

"Hai apa yang dilakukan anak anak ditempat ini."

"Aku yakin masyarakat sipil sudah diungsikan."

"Lihat anak itu menggandeng senjata."

Aku diam terhadap reaksi mereka yang melihat kami berdua dan berusaha untuk tetap diam, kami terus melanjutkan perjalaan ke kota.

"Sebastian, tidak usah dihiraukan."

The Story of Mr.RigelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang