Chapter 12 : Tidak menyerah

118 9 0
                                    

Daaar!!!....

Aku menembak satu lagi prajurit Republik yang aku temui. Semenjak serangan Wyvern itu aku twrpisah dari Tuan muda, para prajurit Kerajaan panik dan membuatku terpisah dari Tuan Muda,

Aku terseret pada pertempuran di sebuah gang tidak Jauh dari jalan besar, tapi sebuah ledakan bertubi tubi membuat aku terjebak dan harus mencari jalan memutar.

Aku berjalan disela-sela kota dengan senapan ditanganku,senantiasa berhati hati dangan kedatangan musuh. Aku berniat kembali kejalan besar, berharap Tuan Muda ada disana.

Namun saat aku berada dibalik tembok bangunan dipinggir jalan besar, aku mengintip kedepan.

"Bagunannya sudah runtuh."

Sebuah bangunan runtuh menutup separuh dari jalan itu.

"Tuan muda anda dimana sekarang."
Aku melihar sekitar.

Tiba tiba peluru melesat dan mengenai tembok tempatku berlindung,dua orang prajurit Republik menembakku.

Aku berlimdung dan segera menjauh dari tempat itu, tapi langkahku terheti oleh sebuah Revolver yang tergeletak tak jauh dari reruntuhan.

***

Suasana kota sepi. Namun, masih terdengar suara tembakan dan ledakan. Dengan kaki yang terluka akibat tembakan, sebastian berjalan menyusuri setiap gang.

setengah jam lagi matahari akan terbit dan dia terus berjalan dalam keadaan pincang.

saat dia berjalan, dia meliat  Anak kecil memakai seragam militer berjalan didepanya. Dengan kaki pincang Sebastian mencoba berlari kearahnya.

Dia berteriak. "Tuan muda!!"

Anak itu memalingkan wajahnya kebelakang, Rigel dengan wajah yang lesu dan tagapan kosong melihat kearah Sebastian.

"Hoh ... kamu selamat ya Sebastian."

Sebastian terkejut dengan keadaan Rigel. "Tuan apa yang terjadi, kenapa anda jadi seperti ini."

Rigel mengeluarkan air mata. "Ayah telah mati."

"Apa!! Tuan Bernard, Tuan bernard mati," kejut Sebastian.

"Padahal dia sudah ... ," Rigel memegang kerah baju Sebastian."Aku membencinya, sangat membencinya, tapi cara dia mati ... "

"Tuan Muda."

Lalu tangisan Rigel berubah menjati tawaan yang memaksa

"Hehehe... dia sudah mati baguslah, paling tidak dia tidak merepotkanku lagi."

Urat muncul dari dahi Sebastian kemuian dia menampar pipi dari Rigel.

"Tuan muda!, apa yang anda katakan terlalu berlebihan," kata Sebastian. "Tuan Bernard bukanlah seorang yang tidak berguna, Dia adalah sosok pemimpin yang bijaksana."

Rigel tertawa mengejek." kamu bilang pemimpin bijaksana, Dia orang yang egois, Dia orang tua yang payah!!."

"Cukup tuan!!." Sebastian menendang Rigel.

Dia terjaruh Darah mengalir dari mulut Rigel, dia mengelap mulutnya menggunakan tangannya. "hehehe.... kamu marah? dangar, kamu itu orang suruhannya, jelas kamu marah. Selama dua tahun ini kamu hanya mendengarkan perintahnya untuk mengawasiku, kan."

Air mata Rigel keluar dengan derasnya dan dia bersujud dan menangis.
Sebastian yang melihat dan mendengar hanya bisa tertunduk prihatin.

"Tuan muda, saya ... saya juga-"

"Aaakk!!!...."

Sebuah peluru menembus bahu dari Sebastian, Rigel terkejut dan segera menopang Sebastian yang jatuh

The Story of Mr.RigelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang