Chapter 9 : Berita

148 11 0
                                    

Trrruukk......

Suara pedang kayu saling beradu
Antara aku dan Sebastian.

Aku mengayunkan pedangku terus-menerus kepada Sebastian, tapi Sebastian mampu untuk menahanya.

aku melombat, mengangkat pedangku keatas kepalaku dan mengayunkannya kebawah. Akan tetapi, Sebastian berhasil menangkisnya.

"Boleh juga Tuan Muda."

"Masih belum."

Aku mengayunkannya lagi lalu Sebastian melangkah mundur untuk menghindar. Aku segera melangkah kedepan dan kembali mengangkat pedang kayuku keatas, namun Sebastian dapat menahannya lagi sehinga Pedang kami saling tolak menolak.

Kali ini giliran Sebastian yang menyerang. Dengan cepat, ayunan silang mengarah kepadaku, aku menangkis serta menahan serangnya, dia mengangkat pedangnya dan mengayunkan ke kebawah, aku menghindar kesampingnya.

Tidak berhenti, badan semastian menunduk lalu mengayunkan pedangnya mendatar ke arahku. Dengan lincah aku melompat  kebelakang, namum dengan cepat pula  dia bergerak mengejarku, pedangnya segera menerjang kearahku.

Aku yang sedang ada di udara tidak bisa menghindar, lalu...

"Limbo."

Bayangan keluar dari tubuhku, kemudian Bayangan tersebut melempar Tubuh Sebastian sehingga dia terlempar kedepan.

Bayanganku setelah itu  menghilang.

Aku yang berhasil mendarat dan bayanganku setelah itu  menghilang lalu aku segera pergi berlari kerahnya sebastian terpental.

Melihat aku, Sebastian segera menancapkan pedangnya ketanah agar dia tidak terlau jauh terlempar.

Sebastian mencabut pedangnya dari tanah, melihatku pergerakanku yang akan mengayunkan pedang kayuku secara diagonal, kemudian memasang kuda kuda dan berhasil menahan serangan itu.

Pedang kami saling tertahan,
Aku mundur selangkah menyiapkan tanganku, mengayunkan pedangku terus menerus. Akan tetapi, masih bisa ditangkis oleh Sebastian

Aku kembali mengeluarkan  Bayanganku. Bayanganku bergerak menuju kearah Sebastian, bayanganku lalu menyeleding kaki dari Sebastian hingga dia terjatuh.

Aku berdiri diatasnya sambil menodongkan pedangku kearahnya. Melihat itu, Dia mengangkat kedua tangannya sambil berkata. "Saya meyerah Tuan Muda."

Aku tersenyum dan menjulurkan tanganku kearahnya.

"Terima kasih Tuan Muda." Dia berdiri dan mengibas ngibas pakaiannya.

"Kamu kalah," ucapku.

"Anda Menggunakan Limbo, jelas hasilnya Akan terlihat."

"Limbo ya... " Aku berpikir sesat.

Setelah aku menggunakan sihir ini beberapa kali, aku menyadari bahwa sihir ini banyak menghabiskan energi sihi.

Saat energi sihirku full aku hanya bisa mengeluarkanya selama kurang lebih dua menit, dan kalau aku memaksanya lebih lama maka aku akan jatuh pingsan.

"Hehehe... kamu tau juga kan kalau sihir ini juga memerlukan banyak energi sihir."

"Iya Tuan Muda," ucap Sebastian.

aku memeriksa genggamanku. "Lagi pula kenapa kita harus berlatih pedang?, Pedang bukan lagi senjata yang digunakan saat perang, kan?"

"Benar Tuan muda, karena perkembangan senjata api, penggunaan Senjata jarak dekat seperti pedang dan lainya jadi berkurang. Namun, bukan berarti senjata jarak dekat tidak digunaka lagi. Unit kalveleri masih menggunakan pedang sebagai senjatanya."

The Story of Mr.RigelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang