Malam hari keadaan hutan sangat gelap, tapi dalam kegelapan itu sebuah cahaya api unggun menyala disekitar tenda yang berisi para prajurit. Beberapa tenda yang digunakan sebagai sebagian besar digunakan untuk merawatan prajurit yang terluka. Untuk prajuri yang sehat, mereka tidur dan duduk dibawah pepohonan yang mengelilingi api unggun.
Beberapa prajurit saling bertukar kata, berbicara tentang hal hal yang membuat perasaan mereka lebih baik.
Namun, segelintir dari prajurit lainya memilih untuk menjauh dari cahaya api dan juga rekan mereka, mereka berdiam diri dan melamun didalam kegelapan.
Tidak ada prajurti dengan pangkat tinggi disini. Mereka semua hanyalah prajurit dengan pangkat awal, pangkat militer yang paling tinggi disini hanyalah Fredy dan Conny yang masing masing memiliki pangkat yang sama, yaitu Kopral.
Perasaan yang mereka rasakan harus aku manfaatkan
itulah yang aku pikirkan saat melihat mereka. Untuk itu, aku berjalan menuju kearah beberapa prajurit itu yang sedang mengobrol ditenda dan dibawah pohon, aku mencoba berbicara dengan mereka.
"Selamat malam semuanya."
Mereka melihatku.
"Ada apa nak? Apa kamu perlu sesuatu," kata salah satu perajurit.
"Uhuk... uhuk... tidak saya hanya ingin mendengar dan ikut pembicaraan kalian," balasku.
Wajah para prajurit itu kebingungan. Kemudian seorang prajurit yang lain berkata padaku.
"Hai nak. Kamu main terlalu jauh, Dimana orang tuamu sekarang, nak?"
"Iya itu benar harusnya kamu berada disini," tambah rekanya.
Aku menjawab. " saya datang bersama Ayah saya untuk mempertahankan Kota Liberty uhuk... uhuk... ."
Aku terdiam sebentar sambil sedikit memasang wajah murung.
"Lalu Nak."
"Ayah saya tewas saat kami bertempur."
Mereka terkejut dengan apa yang aku katakan. Merasa prihatin, mereka mencoba menyemangati diriku.
"Tidak apa apa, yang penting kamu selamat."
"I-iya itu benar."
"Uhuk... uhuk... uhuk!... Terima kasih." Ucapku.
Lalu salah satu prajurt bertanya padaku dengan wajah khawatir.
"Kamu tidak apa apa, dari tadi kamu batuk terus."
"Aku baik baik saja." Kataku sambil mengeluarkan Senyuman. "Perkenalankan Namaku Rigel, Rigel Plumsen."
"Plumsen!!. "Prajurit itu tekejut. "Kamu anaknya Kolonel Bernard."
Aku mengangguk.
"Kamu mengenalnya," tanya rekanya.
"Aku Tidak terlalu mengenalnya, tapi yang aku dengar dari beberapa orang dia adalah perwira yang tegas dan disiplin."
"Begitu." Beberapa prajurit menganggukan kepalanya sambil melihat satu sama lain.
"Kamu disini bertempur." Tanya prajurit lainya.
"Iya."
"Tidak kusangka kolonel Bernard akan sekeras itu dengan anaknya."
Mereka saling melihat, lalu aku melanjutkan pembicaraan.
"Bukan hanya Ayahku saja tewas, kakak pertamaku juga ikut tewas saat serangan pertama dari Pasukan Republik uhuk!...."
Mereka semakin terkejut dengan apa yang aku katakan, aku melanjutkanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Mr.Rigel
FantastikBercerita tentang seorang karyawan sebuah perusahaan yang menjalankan tugasnya untuk pergi mengambil uang di Bank bersama rekanya. Namun, nasib buruk menimpanya, nyawa dari karyawan itu harus berakhir ditangan seorang perampok yang menghadang perjal...