Mataku terbuka dengan cepat, aku langsung bangun dari sebuah kain yang menutupi lantai yang terlihat hangus terbakar seperti habis terbakar, terlihat Sebastian duduk menyender ditembok yang juga hangus terbakar disampingku, dia sudah mengenakan seragam militer berwarna kelabu.
"Anda sudah sadar Tuan Muda."
"Sebastian dimana Ayah?" Tanyaku
"Tuan Bernard sedang rapat dengan perwira militer lainnya."
"Begitu, lalu itu"
Aku melihat dua senapan tergeletak di depan, tempat aku berbaring.
"Ayah anda memberikannya," kata Sebastian. "kata Tuan, Pasukan Republik Aramandia berhasil menghancurkan pasukan garis depan. Sekarang mereka menuju kesini."
"Berapa lama mereka akan menyerang kota ini," ucapku dengan lesunya
"Seharusnya mereka sudah sampai."
"Jam berapa sekarang?"
"Sekitar Jam dua pagi."
Aku bangun,melihat senapan itu dan lalu memeriksa sebuah kota yang didalamnya berisi lima puluh peluru berslongsong.
Aku mengepal tanganku.
"Kalau begitu kita harus bersiap.""Baik Tuan Muda, tapi sebelum itu anda harus mengganti pakaian anda."
Sebastian mengambil satu set seragam militer dengan perlengkapnya lalu memberikannya padaku.
"Baiklah."
Aku menggenakan seragam militer itu
setelah itu aku mengambil satu pucuk senapan, membopong senjata itu dipunggungku dengan menggunakan tali yang terika dilarasnya."Ayo Sebastian kita berangkat."
"Iya Tuan Muda."
Aku dan Sebastian keluar dari ruangan itu menuju keluar.
Di luar aku melihat banyak perajurit bersiap siap, aku juga dapat mendengar suara artileri yang terus ditembakan.
"Sebastian, kita sekarang ada dimana?" Tanyaku sambil berjalan dipinggir jalan
Sebastian yang mengikutiku menjawab." Kita berada didekat gerbang utara kota."
"Sejauh itu." aku terkejut
Aku masih melihat asap dan sedikit kobaran api dari beberapa bangunan. Ditempat ini kerusakan sangatlah parah.
Bertaya pada Sebastian sambil melihat bangunan yang hamgus terbakar "Sebastian apa ini pertempuran pertamamu?"
Dia menjawab. "Iya tuan muda."
Aku bertanya kepadanya. "Apa kamu tidak gugup."
Seraya berjalan mengikutiku dia menjawab. "Saya tidak gugup, saya sudah terlatih untuk menghadapi situasi ini."
Pundakku sedikit turun mendengarkan perkataan Sebastian, dengan wajah sedikit murung aku kembali bertanya padanya.
"Sebastian...."
"Iya tuan muda."
"Apa kamu siap mati untuk perang ini."
Aku melihat kesamping, kearahnya yang berjalan sejajar denganku. Dia mengeluarkan seyum kecil sembil melihat kearah bangunan
"Saya Siap, siap mati jika itu untuk melindungi anda."
Aku membuat wajah bingung sekaligus heran.
"Apa kamu tidak memiliki sesuatu untuk dilindung, oh kamu punya keluarga, kan."
Tiba tiba saat aku menyinggung soal keluarga, Sebastian menjadi sesikit lesuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Mr.Rigel
FantasyBercerita tentang seorang karyawan sebuah perusahaan yang menjalankan tugasnya untuk pergi mengambil uang di Bank bersama rekanya. Namun, nasib buruk menimpanya, nyawa dari karyawan itu harus berakhir ditangan seorang perampok yang menghadang perjal...