Bab enam

40 7 3
                                    

Rubi menghampiri dokter itu. "Iya dok, saya keluarganya."

Dokter itu menarik napasnya dalam-dalam. "Mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun nyawa pasien tidak dapat tertolong," ujarnya.

Rubi terduduk lemas saat itu juga. Bi Siti yang berada di sampingnya memeluk erat.

Rubi menangis sejadi-jadinya, dia menjerit histeris, hingga pingsan. Mungkin karena syok berat setelah mendengar kabar kematian bundanya itu.

Bi Siti, membawa pulang Rubi. Dia menemaninya di rumah, sedangkan mang Jaja, dia yang menjaga Adam di rumah sakit. Ya ... nyawa Adam masih dapat tertolong, namun kini dirinya belum sadarkan diri.

                           __________

06.30

Rubi, datang ke sekolah pagi-pagi sekali, karena hari ini dia bagian piket kelas dan harus mencatat tugas sekolahnya yang kemarin. Sekolah masih sepi, belum banyak yang datang, Pak Sateng pun belum terlihat di ruangannya.

Saat Rubi berjalan, suara klakson motor mengagetkan Rubi.

Tinnn ....

Rubi ke pinggir, memberikannya jalan.

Motor itu diparkirkan oleh pengendaranya. Rubi tak ingin peduli, dia lanjut berjalan ke kelasnya.

Rubi berjalan sendiri di koridor kelas. Suasana seram tiba-tiba terasa, saat udara pagi yang dingin menembus tubuh, ditambah lagi sekolah yang masih sepi.

Rubi merasa seperti ada yang mengikutinya. Langkah kaki yang seirama dengannya, membuat Rubi tambah yakin kalau sekarang dirinya sedang diikuti. Rubi tak ada keberanian untuk melihat ke belakang.

Rubi berjalan semakin cepat, dia sudah tak sabar ingin segera sampai ke kelas, kelas Rubi berada cukup jauh dari gerbang. Rubi terus merasa gelisah saat orang yang mengikutinya pun malah ikut berjalan cepat di belakangnya.

Rubi memberanikan diri, dia membalikkan badannya. "K--KAMU!" ujar Rubi, dia sedikit terkejut melihat siapa orang yang mengikutinya.

Anak baru, yang waktu itu di ruangan pak Dodo, ujarnya dalam hati saat melihat wajahnya.

Rubi menghembuskannya napas berat.

"Ngapain ngikutin, Rubi, sih?"

"Jangan macam-macam kamu ya!"

"Jangan ikutin Rubi lagi! Stop, oke."

Rubi tak ingin mendengar jawaban apapun dari orang itu. Rubi berjalan mundur perlahan,
membalikkan badannya dan segera berlari ke kelasnya.

Di kelas,  Rubi memakai headset-nya, untuk sekedar menghibur nya di pagi ini. Rubi menyapu kelasnya, karena hari ini adalah jadwal piket ya.

"Rubiiii." Suara nyaring Rheni mengagetkan seisi kelas.

Dia berlari menghampiri Rubi dan memeluknya. "Lo udah sembuh? Rubi maafin gue ya, kemarin gue gak jadi jenguk lo, soalnya nyokap gue tiba-tiba nyuruh gue pulang buru-buru."

"Iya gapapa kali, Rhen, lagian gue juga gak sakit parah, gak harus di jenguk."

_________

Rubi berjalan mundur perlahan,
membalikkan badannya dan segera berlari ke kelasnya.

Orang itu malah tersenyum melihat tingkah Rubi barusan. "Masih sama kayak dulu ... penakut."

Renzo ... dia sengaja datang ke sekolah pagi-pagi, karena dia ingin mencari barangnya yang hilang kemarin.

EDELWEIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang