Berkumpul bersama keluarga seutuhnya adalah sesuatu yang langka bagi Rubi. Ayah yang sibuk kerja, dan ibu yang sama sekali tidak mempedulikannya. Kita memang tinggal satu atap tapi hidup kami masing-masing.
Jika ayah sedang tidak sibuk, dia sesekali suka mengajak kami untuk sekedar makan malam atau jalan-jalan di mall.
Seperti malam ini contohnya, ayah mengajakku pergi makan malam di salah satu restoran cepat saji. Ayah dan ibu menjemputku sepulang sekolah sore tadi.
Rubi masuk ke dalam mobil, dan duduk di kursi belakang.
"Ayah, tadi katanya gabisa jemput aku," ujar Rubi bertanya pada Adam yang mulai melajukan mobilnya.
"Pekerjaan ayah selesai lebih awal, jadi Ayah ajak kalian buat jalan-jalan sebentar," jawab Adam penuh semangat.
Tak butuh waktu lama, mereka sampai di tempat tujuan. Sebelum turun, Rubi membuka tasnya mengambil jaket putih favoritnya. Rubi memakai jaketnya, karena dirinya masih mengenakan seragam sekolah.
Mereka berjalan beriringan layaknya keluarga yang bahagia, ayah seorang pengusaha, ibu yang sangat cantik, dan anak perempuan tunggal yang berjalan diantara mereka.
Adam merangkul pundak Rubi, dan Rubi memegang lengan Adam, mereka begitu terikat, seperti tak bisa dipisahkan dan itu cukup membuat Tira sebal melihatnya.
Tiba-tiba Tira menghentikan langkahnya, yang diikuti oleh Adam dan Rubi.
"Ayah, Ibu mau ke sana dulu boleh gak?" ujar Tira menunjuk toko baju dengan merk terkenal.
Adam mengikuti arah telunjuk Tira. "Boleh dong, silahkan aja."
Adam dan Rubi mengikuti arah langkah Tira. "Ayah sama Rubi kalo mau ke suatu tempat, duluan aja, takutnya kalian lama kalo nungguin."
Adam melihat putrinya. "Gimana sayang? kita mau nunggu, atau mau pergi duluan aja?"
Rubi sempat berpikir sebentar. "Kita duluan aja, Yah. Aku udah laper soalnya."
Adam menyetujui permintaan anaknya itu. "Yaudah, Bu, kalo gitu kita duluan cari tempat makan ya, nanti Ibu telpon aja kalo udah selesai."
Tira mengangguk setuju. "Iya, Yah. Ibu masuk dulu ya." Tira masuk ke toko tersebut sedangkan Rubi dan Adam lanjut berjalan mencari restoran.
Mereka duduk di salah satu kursi, Rubi memesan steak daging, makanan kesukaannya.
"Steak-nya tolong yang benar-benar mateng ya," ujar Rubi pada pelayan di depannya.
Adam menatap Rubi heran, padahal steak kesukaan Rubi biasanya setengah matang.
Pelayan itu kembali ke tempatnya, membuatkan pesanan mereka.
Adam sibuk dengan handphone-nya, Rubi merasa bosan dia pamit pergi ke toilet.
Saat keluar dari toilet, Rubi berjalan menunduk karena membenarkan bajunya, sampai tak sengaja menabrak seseorang di depannya.
"Aduh ...." Rubi meringis kesakitan.
Rubi segera berdiri, dan kembali merapikan bajunya. Rubi mendongak melihat seseorang di hadapannya itu. "Aduh ... maaf ya, saya ga sengaja."
Dia hanya menatap Rubi sebentar dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Aneh tu orang." Rubi tak mempedulikannya, dan segera kembali ke mejanya.
Pesanan Rubi sudah ada di meja, Adam menunggu Rubi kembali dari toilet dan makan bersama. Tak lama Tira datang membawa banyak sekali paper bag.
"Hallo semuanya!" Tira menghampiri Rubi dan Adam dengan wajah berseri-seri. Duduk di samping Adam, dan memesan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELWEIS [END]
Novela JuvenilKau tahu sulitnya proses mencapai edelweis? Jika itu sulit, lantas mengapa mawar merah di dekatmu tak kau petik? Sama indahnya, bukan? ~~~~ Rubi Jesi Mendeleev, gadis cantik dengan garis takdir yang tak semolek fisiknya merasa kehidupannya terasa t...