Kali ini Rubi datang ke sekolah sedikit lebih awal daripada biasanya. Hari jumat, jadwal piket kelas bagiannya, jadi sebelum murid-murid yang lain masuk, Rubi harus sudah membereskan kelas.
Menyapu kelas, membereskan meja guru dan merapikan tempat duduk. Setelah selesai, Rubi rehat sejenak, duduk di depan kelasnya yang menghadap langsung ke arah lapangan. Rubi minum air putih dan membaca novel tebal miliknya.
"Darrrr ...."
Rheni datang dari arah belakang mengagetkan Rubi.
"Byurr ...." Air yang ada dalam mulut Rubi, langsung tersembur begitu saja karena Rheni menepuk punggungnya Rubi cukup keras.
Rubi membalikan badannya, menatap Rheni tajam. "Liat sikon dong kalo mau ngagetin, gimana kalo ni botol sampe ketelen."
Rheni malah cekikikan melihat temannya mengomel.
"Maaf, Bi, gue kira lo gak lagi minum."
Rubi menghiraukannya, dan kembali membaca novel.
Rheni duduk di sampingnya, dan mengambil novel Rubi begitu saja.
"Baca apa si lo?"
Rubi tidak menjawab pertanyaan Rheni, dia menatap kosong ke arah lapangan.
"Rubi!"
Suara Rheni menyadarkan Rubi.
"Kenapa si lo? Pagi-pagi udah ngelamun."
Rubi menatap Rheni sebentar kemudian merebut kembali novelnya dan masuk ke kelas.
"Eh, Rubi."
"Rubi, tunggu gue." Rheni segera menyusul Rubi ke dalam kelas.
__________
"Vita, Vita, kamu tau ga, ternyata kamu tuh kayak tembaga ditambah telurium, ya," ujar Sam yang tiba-tiba duduk di kursi depan Vita.
Kevin dan Raka memperhatikan aksi temannya itu.
"Buaya darat udah mulai beraksi nih," ujar Kevin.
"Kasian Vita, paling cuma di-ghosting doang," timpal Raka tanpa mengalihkan pandangannya.
Vita yang sudah biasa dengan tingkah Sam, merespon balik. "Ko gitu?"
"Iya (Cu + Te) = Cuteeee."
"Aduh bisa aja nih, gombal pake unsur unsur segala."
"Ya bisa dong, kan, Sam emang pinter."
Pipi Vita memerah, jiwa buaya Sam semakin membara. Sam memang terkenal dengan sifat playboy-nya yang sudah mendarah daging, deretan mantannya yang hampir semua kelas, dia jelajahi. Raka pun kalah kalo soal dapetin cewe, Sam emang udah masternya.
"Selamat pagi anak-anak." Pak Burhan datang dengan buku matematika ditangan kanannya.
Sam yang lagi mesem mesem langsung berdiri panik dan kembali ke tempat duduknya.
Sam menatap Vita dari kursinya, Vita yang merasa diperhatikan melirik. Sam mengedipkan mata nya genit membuat geli yang melihat.
"Najis, dasar buaya solokan," ujar Raka saat melihat Sam.
"Buaya mana ada di solokan bambang."
"Ya ada, kan lo contohnya."
"Ah, sirik aja lo, kelamaan jomlo si makanya kaya gitu."
"Dih ... jomlo-jomlo gini juga gue mah banyak yang naksir kali," ujar Raka dengan pd-nya sambil membenarkan rambutnya ke belakang.
"Sombong amat."
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELWEIS [END]
Fiksi RemajaKau tahu sulitnya proses mencapai edelweis? Jika itu sulit, lantas mengapa mawar merah di dekatmu tak kau petik? Sama indahnya, bukan? ~~~~ Rubi Jesi Mendeleev, gadis cantik dengan garis takdir yang tak semolek fisiknya merasa kehidupannya terasa t...