Saat bel pulang berbunyi, Rubi buru-buru berlari keluar gerbang. Rubi langsung masuk ke mobil, saat mang Jaja datang menjemput.
"Ayo, Mang."
Mang Jaja menginjak gas nya dan melaju cepat.
Sesampainya di rumah sakit, Rubi turun dan berjalan menuju ruang dokter. Tadi Rubi mendapat kabar kalau hasil laboratoriumnya minggu yang lalu, sudah keluar hari ini.
Rubi masuk ke ruangan dokter Susan, menunggunya sebentar dan akhirnya dokter Susan datang.
"Selamat sore, Rubi," ujar dokter Susan menyapanya dan duduk di depannya.
"Sore, Dok."
"Kamu pulang sekolah langsung ke sini?" tanya dokter Susan saat melihat Rubi yang masih mengenakan seragam sekolah dan wajahnya yang terlihat lelah.
"Iya, Dok, hehe."
Rubi melihat wajah dokter Susan seperti ada yang tidak beres, namun Rubi tetap positif thinking. Rubi berharap tidak terjadi sesuatu dengannya, namun ternyata kenyataan berkata lain.
Dokter Susan menarik napas dalam-dalam dan memberitahunya.
"Rubi, kamu positif terkena leukimia."
"A--Apa dok? S--saya positif leukimia?" Rubi menutup mulutnya tidak percaya. Air mata Rubi lolos begitu saja, dadanya terasa begitu sesak.
"Dan yang lebih parahnya lagi, leukimia kamu sudah stadium 3, jadi harus sudah waspada." Dokter Susan memberikan amplop coklat berisikan hasil tes sum-sum tulang belakangnya pada Rubi.
Rubi segera menerima amplop itu dan melihatnya, dan benar saja hasilnya memang positif leukimia stadium 3.
Rubi berusaha menahan tangisnya, dia masih tidak percaya.
" Terus, sekarang, apa yang harus saya lakukan, Dok?"
"Untuk saat ini kamu harus sering-sering check up dan kemoterapi minimal 2 minggu sekali, kalo tubuh kamu udah terasa drop, harus segera ke rumah sakit ya, takutnya hal-hal yang tidak di inginkan terjadi. Kamu harus selalu jaga kesehatan, jangan dulu berkegiatan yang membuat tubuh kamu cepat lelah."
Rubi mengangguk mengerti apa yang dijelaskan dokter Susan barusan. Kini Rubi mulai sadar, dia tidak bisa mengeluh dan hanya menangisi penyakitnya ini terus menerus, sekarang dia harus melawan penyakitnya ini dan kembali sehat.
"Apakah ada makanan yang dilarang, Dok? "
"Oh iya, kamu jangan dulu makan makanan yang mentah ya, Rubi, seperti telur, daging, dan buah yang mentah bahkan setengah matang pun jangan, harus yang benar-benar sudah matang, salad pun tidak boleh."
"Baik Dok, saya mengerti, terima kasih."
Dokter Susan memberikan resep obat pada Rubi untuk dibawa di apotek.
Rubi keluar dari ruangan dan berjalan ke apotek untuk mengambil obatnya.
"Permisi."
Salah satu pegawai apotek bernama Sela menghampiri Rubi.
"Ini resep obatnya." Rubi memberikan resep itu pada Sela.
Sela membaca sebentar resepnya. "Baik, ditunggu ya, saya ambilkan dulu."
Rubi duduk di salah satu kursi sambil menunggu obatnya. Tak lama Sela datang membawa obat yang dibutuhkan Rubi.
"Ini obat Imatinib Mesylate, fungsinya untuk menghambat penghasilan protein kinase yang berlebih, dimakan 3x sehari sesudah makan. Jangan biarkan perut kamu kosong ya, minimal 2 jam sekali kamu harus makan. Bisa dengan buah atau sayur yang matang."
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELWEIS [END]
Novela JuvenilKau tahu sulitnya proses mencapai edelweis? Jika itu sulit, lantas mengapa mawar merah di dekatmu tak kau petik? Sama indahnya, bukan? ~~~~ Rubi Jesi Mendeleev, gadis cantik dengan garis takdir yang tak semolek fisiknya merasa kehidupannya terasa t...