"Permisi, Pak." Mang Jaja menghampiri seseorang yang sedang duduk santai dengan segelas kopi hitam di mejanya.
"Iya, Pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya pak Sateng ramah.
"Ini, saya mau titip surat sakit."
"Atas nama siapa, Pak?"
"Rubi. Rubi Jesi Mendeleev, dari kelas XI IPA 1."
"Oh, iya-iya, saya tahu," jawab pak Sateng, dan menerima surat tersebut.
"Kalo boleh tau, Bapak ini siapanya Dek Rubi, ya?" tanya pak Sat.
"Saya supirnya," jawab Mang Jaja.
"Kalo begitu saya pamit, Pak, terima kasih," pamit Mang Jaja, lantas pergi dan kembali pulang ke rumah.
Saat pak Sateng akan mengantarkan surat itu ke kelas Rubi, pak Sat melihat Rheni yang baru saja turun dari mobil dan masuk gerbang.
"Dek Rheni," panggil pak Sateng.
Rheni menghentikan langkahnya. "Iya, Pak? Ada apa?"
"Dek Rheni, temannya Rubi, kan?" tanya pak Sat.
"Iya, Pak, ada apa, Pak?"
"Ini, barusan supirnya dateng nganterin surat sakit katanya," jawab Pak Sat, memberikan surat itu dan diterima oleh Rheni.
"Omaygattt! Rubi sakit, sakit apa dia? Padahal semalem telponan gak kenapa-napa," ujar Rheni panik mendengar berita tersebut.
"Kebetulan sekali ada Dek Rheni di sini, jadi Pak Sat gak perlu ke kelas, ya, tolong disampaikan ke guru yang bersangkutannya, ya, Dek Rheni."
"Oke, Pak, makasih ya, Pak."
Rheni berlari ke kelasnya, dia segera duduk di kursinya, membuka handphone-nya berniat untuk menghubungi Rubi, memastikan keadaannya baik baik saja.
Tuttt... Tuttt... Tuttt
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif." Suara operator yang terdengar tersebut semakin membuat Rheni khawatir.
"Lo kenapa sih, Bi, kok gak aktif hp-nya."
"Sakit apa sih lo?"
"Semalem kayaknya dia baik baik aja."
Rheni bergumam sendiri, mengkhawatirkan temannya.
Rheni terus mencoba menghubungi Rubi, mengirimkannya beberapa pesan, namun tak kunjung ada balasan.
Hari ini terasa lambat sekali, Rheni sudah sangat gelisah, ingin segera pulang sekolah untuk menjenguk Rubi.
Di tempat duduknya, Vina melihat Rheni yang sedang gelisah, datang menghampirinya dan duduk di sampingnya.
"Ada apa, Rhen?" tanya Vina.
"Gue mau ijin pulang duluan, ya, Vin."
"Tapi, kenapa? Belajarnya juga belum dimulai, Rhen."
"Rubi sakit, Vin. Dia gak bisa dihubungi, gue takut dia kenapa-napa."
"Tenang dulu, Rhen, nanti lo ke rumah Rubinya abis pulang sekolah aja, gue ikut, sabar dulu ya, Rhen," ujar Vina berusaha menenangkan Rheni.
"Tapi ini gak kayak biasanya loh Vin, lo tau sendiri kan, Rubi tuh gak pernah sakit, dan yang bikin gue khawatir lagi sekarang dia gak bisa dihubungi, Vin."
"Rubi juga manusia Rhen, dia pasti ada sakitnya, gak mungkin sehat terus-terusan."
"Jadi lo ngedoain Rubi sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELWEIS [END]
Teen FictionKau tahu sulitnya proses mencapai edelweis? Jika itu sulit, lantas mengapa mawar merah di dekatmu tak kau petik? Sama indahnya, bukan? ~~~~ Rubi Jesi Mendeleev, gadis cantik dengan garis takdir yang tak semolek fisiknya merasa kehidupannya terasa t...