Bab tiga puluh || END

39 2 0
                                    

Sebuah taman bermain yang lokasinya tidak jauh dari rumah ini menjadi salah satu tempat bersejarah bagi Renzo dan Rubi.

Sekarang mereka sedang duduk di salah satu kursi yang menghadap langsung ke arah taman, yang biasanya dipakai para orang tua untuk menunggu anaknya bermain.

"Sekarang udah banyak yang berubah dari taman ini, jenis permainannya semakin banyak, padahal dulu waktu kecil cuma perosotan sama ayunan," ujar Renzo.

Rubi mendengarkan Renzo sambil melihat anak-anak bermain dengan ceria. Tapi sungguh, Rubi merasa sangat nyaman berada di sini, tapi sayang dia tidak mengingat apapun.

"Tapi, lo tau?" Rubi menoleh menatap Renzo, menunggu Renzo melanjutkan ucapannya. "Ada satu yang gak berubah dari taman ini," sambungnya.

"Apa?" tanya Rubi.

Renzo langsung menunjuk pohon besar di depan mereka. "Pohon beringin itu. Dia masih tetap di sana, tumbuh dengan baik, ranting dan daunnya yang membuat taman ini menjadi teduh."

Tiba-tiba Renzo berdiri dan mengulurkan tangannya pada Rubi. "Ikut gue, gue mau nunjukin sesuatu sama lo."

"Ke mana?"

Rubi menerima uluran tangannya, dan berjalan mengikuti Renzo. Dia membawa Rubi mendekat ke arah pohon beringin itu.

Di sisi kiri pohon tersebut masih terukir jelas nama mereka berdua. "Ini lo yang tulis loh. Lo gak inget?"
Rubi menggeleng tidak mengingat apapun.

Renzo melihat sekeliling anak-anak sudah pada mulai pulang, taman bermainnya sudah mulai sepi.

"Yaudah gapapa. Yu ah pulang, udah mendung awannya,"ajak Renzo, karena memang tiba-tiba awan sudah menghitam menampung air hujan yang siap untuk diturunkan.

"Iya ayo," jawab Rubi.

_________

Di tengah ramainya perkotaan, Renzo terus menembus kemacetan. Hujan sudah mulai turun, Renzo harus segera sampai di rumah Rubi sebelum hujannya semakin deras.

"Pegangan Bi," teriak Renzo.

Rubi langsung melingkarkan tangannya pada pinggang Renzo, karena memang takut jatuh, Renzo mengendarainya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Akhirnya mereka sampai di rumah Rubi.

"Yu, masuk dulu," ajak rubi, dan mempersilahkan Renzo masuk.

"Assalamualaikum bi Siti, aku pulang." Rubi masuk disusul Renzo di belakangnya. "Duduk dulu Kak, aku bawain minum dulu." Renzo menunggu di ruang tamu, dan Rubi pergi ke dapur untuk membuatkan minum.

"Bi, buatin teh manis anget 2 ya, ada Kak Renzo di depan," ujar Rubi.

"Baik Neng, Neng Rubi tunggu aja di depan nanti biar Bibi yang anterin."

"Gausah, biar Rubi yang bawanya, bibi buatin aja hehe."

"Yasudah kalo begitu. Oh iya Neng, tadi ada paket datang untuk bapak, bibi taro di nakas depan dekat tv."

"Paket apa, Bi?" tanya Rubi penasaran.

"Tadi Bibi sempet baca, kayak surat gitu, dari pengadilan negeri."

"Hah?!"

"Serius Bi?"

Bi Siti mengangguk sebagai jawaban, Rubi segera berlari ke ruang tamu untuk mengecek surat tersebut, dan benar saja itu surat dari pengadilan. Panggilan untuk datang ke sidang relaas minggu ini.

"Arghhh, akhirnya," teriak Rubi gembira. Rubi langsung menghampiri Renzo dan memberitahu kabar gembira ini.

"Akhirnya Kak, Ayah bercerai sama Tira. Ya ampun Rubi seneng banget, Kak."

EDELWEIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang