Prangggg
Suara piring pecah, membuat orang-orang yang ada di rumah mencari sumber suara tersebut.
"Berisik! Bisa hati-hati nggak sih? Yang bener dong kalo kerja!" bentak ibu tirinya dengan nada tinggi membuat hati Rubi berdebar ketakutan.
Ya, Rubi tak sengaja menjatuhkan piring yang telah dicucinya. Tangannya gemetar mengambil puing puing pecahan piring tadi, sampai tak sadar jari telunjuknya mengeluarkan darah segar karena tergores benda tajam itu.
Tidak ada perlawanan dari Rubi, dia terlalu takut untuk melawan ibu tirinya. Selesai membereskan pecahan piring, Rubi lekas pergi ke kamarnya, menangis sunyi di bawah bantal.
Cukup ... cukup aku saja yang mendengar tangis ini. Orang lain jangan sampai, batinnya.
"Kalian tidak perlu tau dukaku, nikmati saja jenakaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELWEIS [END]
Teen FictionKau tahu sulitnya proses mencapai edelweis? Jika itu sulit, lantas mengapa mawar merah di dekatmu tak kau petik? Sama indahnya, bukan? ~~~~ Rubi Jesi Mendeleev, gadis cantik dengan garis takdir yang tak semolek fisiknya merasa kehidupannya terasa t...