Bab Empat Belas

16 5 3
                                    

Setelah kejadian semalam, Tira jadi tiba-tiba bersikap baik pada Rubi. Ntah karena apa, mungkin Tira takut Rubi akan mengadukan semua perbuatannya pada Adam.

Tira jadi sering bangun pagi menyiapkan sarapan untuk Rubi, padahal biasanya bi Siti yang selalu menyiapkan sarapan dan makan malam.

Tira akan keluar kamar setelah semua makanan sudah siap dihidangkan di atas meja.

Rubi merasa aneh dengan sikap Tira yang berubah menjadi begitu baik ini, Rubi sudah tau kebusukan apa saja yang dilakukan ibu tirinya itu, hati Rubi masih belum luluh dengan sikap Tira yang pura pura baik ini.

Adam pun merasa ada yang mengganjal soal istri dan anaknya ini, dia melihat mereka begitu akrab, tapi apakah ada yang tidak beres?

"Rubi, ayah, ayo sarapan dulu, ini udah siap." Tira memanggil mereka berdua dari dapur.

Tak lama Adam keluar dari kamarnya dan duduk di meja makan.

"Rubi belum turun, Bu?" tanya Adam, karena biasanya Rubi yang lebih dulu ada di meja makan menunggu sarapan.

"Belum, Yah, tapi tadi ibu udah panggil."

Tira menghidangkan sarapan di meja. Nasi goreng sosis kesukaan Rubi.

"Coba, Bu, panggilin lagi ke kamarnya tumben banget belum keluar, udah siang juga."

Tira menurut saja, dia pergi naik ke kamar Rubi.

Baru saja Tira akan mengetuk pintu kamar, Rubi keburu membuka pintunya. Rubi kaget karena ibunya sudah ada di depan pintu, Rubi menatap Tira dengan wajah datar, tidak berekspresi.

"Ayah udah nungguin kamu di bawah," ujar Tira. Rubi tidak menghiraukannya, Rubi melewati Tira begitu saja.

Rubi menurun tangga, terdengar sedikit, Tira seperti sedang menggerutu, Rubi tidak peduli, dia terus berjalan dan duduk di samping ayahnya.

Rubi tidak berselera makan meskipun di hadapannya sekarang ini adalah makanan kesukaannya.

"Ini Ibu kamu yang masak loh, cobain deh, Sayang." Adam begitu lahap, seperti sedang membuktikan kalau masakan Tira memang enak.

Rubi tidak ingin merusak mood ayahnya, Rubi berusaha terlihat ceria dan antusias, padahal sebenarnya dia sedang tidak berselera.

Rubi senyum menanggapi ucapan ayahnya itu. Rubi masih dengan baik menghargai ibunya yang telah masak nasi goreng. Dia mengambil nasi goreng itu, tidak banyak, paling hanya cukup tiga sendok.

"Kenapa sedikit makannya? Ga enak ya?" Tira bertanya saat melihat Rubi mengambil sedikit nasi gorengnya.

Rubi menggeleng. "Nggak ko, enak."

Masakan Tira memang enak, tapi sekali lagi Rubi sedang tidak mood sarapan. Perlakuan Tira semalam belum bisa di maafkan Rubi begitu saja.

Setelah selesai, Rubi dan Adam berkemas untuk berangkat. Adam mengantar Rubi ke sekolah, dia menyempatkan mengantar anak semata wayangnya ini meskipun dirinya pun sekarang sudah terlambat bekerja.

"Yang semangat belajarnya ya, Sayang," ujar Adam.

Rubi hanya tersenyum dan kembali berjalan masuk sekolah.

Saat Rubi berjalan di koridor, di depannya ia melihat Renzo yang sedang berjalan menuju kelasnya, meskipun Renzo berjalan membelakanginya, tapi Rubi yakin itu Renzo, hanya dengan melihat punggungnya pun Rubi langsung bisa mengetahui.

Rubi jadi teringat sesuatu, soal gantungan kuncinya yang hilang, kemarin Rubi tidak sempat menemui Renzo.

"Kak Renzo," panggil Rubi, dia berlari menghampiri Renzo.

EDELWEIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang