Bel pulang telah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, dan Rubi baru saja membereskan buku.
Rubi dan Rheni berjalan keluar kelas, namun Rheni yang berdiri di sampingnya menyenggol sikut Rubi.
"Apa?" tanya Rubi.
"Itu." Rheni menunjuk seseorang yang berdiri membelakangi mereka.
Rubi dikagetkan dengan kedatangan seseorang yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu kelasnya.
Rubi dapat mengenalinya hanya dengan melihat punggungnya. "Kak Raka?" panggil Rubi.
Yang dipanggil membalikkan badannya.
"Lagi ngapain di sini? Nungguin siapa?" Rubi melihat ke sekeliling.
"Nungguin, lo." Rubi membulatkan matanya, dia pun jadi kikuk bingung.
"Yu." Raka menarik lengan Rubi lembut. Rubi tidak menolak dia mengikuti langkah Raka.
"Gue duluan, Rhen,” teriak Rubi sambil berjalan meninggalkan Rheni.
Saat sampai di depan motor, Rubi berpikir mungkin Raka akan mengantarnya pulang.
Rubi naik ke motor, dan mereka keluar meninggalkan area sekolah.
"Anter gue bentar, mau ya?" ujar Raka, saat motor mereka berhenti menunggu lampu merah.
"Hah? Anter ke mana?"
Tak sempat menjawab, lampu menyala hijau, Raka kembali menancapkan gas, arah rumah Rubi harusnya lurus, tapi Raka malah membelokannya ke kanan, ke arah pusat kota.
Cukup jauh memang dari sekolah ke pusat kota. Rubi gak tau dirinya akan dibawa kemana, Rubi senang senang saja dibawa pergi oleh Raka.
"Lo lagi gak ada acara, kan?" tanya Raka.
"Nggak ko, Kak."
"Syukur deh kalo lo ga ada acara."
"Emang kita mau ke mana?"
Sebelum menjawab pertanyaan Rubi, Raka keburu berhenti memarkirkan motornya.
"Toko alat musik?"
"Iya, yu masuk."
Rubi berjalan mengikuti Raka di belakang.
Baru kali ini, Rubi masuk ke sebuah toko alat musik, karena memang Rubi tidak bisa memainkannya. Matanya menjelajah mengamati sekeliling.
Semua alat musik lengkap ada di sini. Mulai dari yang tradisional sampai yang modern.
Gitar, biola berjejer, tergantung rapih, mulai dari yang klasik sampai yang elektrik. Piano besar tersimpan di tengah-tengah toko yang cukup luas ini. Rubi terkagum kagum melihatnya.
Rubi terlalu sibuk memperhatikan alat musik, sampai sampai tersadar, Raka tidak ada di sampingnya. Rubi mencari-cari namun tidak juga menemukannya. Ia memilih untuk duduk di kursi dekat kasir, sambil menunggu Raka.
Yang menjadi heran, toko ini sangat sepi. Tidak ada pembeli dan bahkan penjaga kasir ataupun pelayannya tidak ada. Rubi sendirian di sana.
Rubi mencoba menghubungi Raka, handphone tersambung tapi tidak di angkat. Tiba-tiba Rubi mendengar bunyi piano, samar-samar memang. Rubi mencari sumber bunyi tersebut, suara itu semakin jelas terdengar di balik pintu dekat meja kasir.
"Kayaknya dari sini deh." Rubi mencoba mendekat ke arah ruangan itu. Musiknya terdengar bagus, Rubi semakin penasaran dan mengintip di balik pintu yang sedikit terbuka. Seseorang duduk sambil memainkan piano dengan melodi yang sangat indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELWEIS [END]
Teen FictionKau tahu sulitnya proses mencapai edelweis? Jika itu sulit, lantas mengapa mawar merah di dekatmu tak kau petik? Sama indahnya, bukan? ~~~~ Rubi Jesi Mendeleev, gadis cantik dengan garis takdir yang tak semolek fisiknya merasa kehidupannya terasa t...