Part 20 [Good bye] 1

258 77 56
                                    

cinta bukan mengajarkan kita menjadi lemah, tetapi membangkitkan kekuatan

NO COPAS NO BULLY

❤❤❤

"Aliiiii!!"

Walaupun Emellyana berteriak sekencang mungkin Alief hanya menanggapi dengan senyumannya yang khas.

Tidak ada rasa peduli pada tanggapan Papanya. Apalagi supir didepan yang sedang menyetir mobil mewah tersebut.

"Makanya jangan manyun, nanti aku cium."

Emellyana melototkan matanya tepat dihadapan Alief. Emellyana benar-benar tidak suka dengan kata-kata terakhir Alief.

"Gak malu banget sih ada bokapnya juga," batin Emellyana kesal. "Dasar mesum gak tahu tempat."

Sebenarnya dibalik senyum Alief yang mengembang ada rasa takut yang teramat besar. Dan Alief yakin sebentar lagi akan ada pertengkaran yang mungkin akan membuat hubungannya semakin berantakan.

"Emelly andai kamu tahu kalo dari tadi jantung aku berdegup kencang, aku takut Eme. Aku takut Ibu kamu gak nerima aku," Alief berkata dihatinya sambil melihat ke arah Emellyana yang sibuk melihat ke jendela samping mobil.

Padahal cinta bukan mengajarkan kita menjadi lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Tetapi tetap saja aku cemas.

"Seandainya aja mobil ini gak pernah sampe ke rumah kamu, atau..."

Alief melirik ke arah Burhan. Andai Papa gak ikut aku hari ini. Andai cinta kita tidak serumit ini.

Burhan tahu Alief melihat serius ke arah dirinya dan itu membuat Burhan bertanya, "Kenapa Li? Kenapa lihatin Papa kek gitu?"

"Gak apa-apa," jawab Alief tegas membuang muka ke arah jendela.

"Tenang Alief, semua akan baik-baik aja," Burhan seakan mengerti tentang apa yang Alief pikirkan.

Lalu gadis yang berada tepat disamping Alief menoleh ke arah Alief dan Burhan.

"Apa maksud Om Burhan ya?" Emellyana hanya bisa bertanya dihatinya.

Sedangkan Alief langsung menatap tajam ke arah Burhan, "Semoga."

Emellyana semakin di buat penasaran dengan mereka berdua, "Kenapa Li?"

Alief melihat Emellyana yang cemas, Alief tersenyum lalu mengeratkan tangannya ditangan Emellyana, "Gak apa-apa sayang, gak ada apa-apa yang harus dicemaskan."

Emellyana tahu Alief bohong tapi dia gak ingin bertanya lebih dalam lagi.

"Biarlah mungkin ini masalah mereka berdua," batin Emellyana.

Tiga puluh menit kemudian mobil Burhan berhenti tepat di rumah Emellyana. Hari masih siang dan cuaca sangat mendung.

Emellyana berjalan berbarengan dengan Alief. Melewati pekarangan rumah Emellyana. Tiba-tiba pintu itu terbuka sebelum mereka sampai didepan pintu.

Ana keluar memandang putri satu-satunya yang dia miliki. Ana hanya melihat putrinya tersebut tanpa melirik Alief sedikitpun.

"Ibu," ujar Emellyana takut. "Maaf Emelly..."

"Sssttt, jangan bilang maaf, Emelly gak salah, Ibu yang salah," Ana berucap sangat lembut.

"Buu," lirih Emellyana mendekat ke arah Ibunya dan memeluk Ana. "Gak kok! Ibu gak salah! Emelly yang gak mau nurut sama Ibu. Maaf Bu. Emelly gak bermaksud melanggar larangan Ibu," suara Emellyana serak hampir menangis.

KITA YANG BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang