Part 10 [Our secret] 2

1.8K 231 75
                                    

"Jangan menilai orang dari luar. Ada yang harus kamu nilai juga dari dalamnya."

NO COPAS NO BULLY

❤❤❤

Alief melihat Emellyana yang masih berdiri mematung didepan pintu kamar yang masih terbuka.

"Eme?" panggilnya.

Emellyana masih diam. Lima detik kemudian...

"Eme?" panggilnya lagi.

Emellyana tetap diam. Alief mulai meninggikan volume suaranya.

"Emelly!"

"Hah? Apa?" suara Alief membuyarkan lamunan Emellyana yang takjub tidak bergeming dengan tampilan kamar Alief.

"Ada rumah didalam kamar? Ini serius?" batinnya tidak percaya. Emellyana menelan ludahnya. Dia bingung Alief sekaya apa.

"Kamu melamun?" tanya Alief mulai bingung dengan gadisnya itu. "Ayo masuk sampai kapan mau berdiri dipintu?"

Emellyana diam. Dia seperti dihipnotis dengan kata-kata Alief. Kakinya melangkah masuk ke kamar yang sekelilingnya dicat putih tersebut.

Emellyana melihat sekeliling kamarnya tapi tidak menemukan tempat untuk tidur. Hanya kursi panjang super mewah lengkap dengannya meja kaca plus bunga mawar merah, ada tv yang Emellyana pikir ini pasti mahal banget, soalnya besar dan layarnya tipis banget!! Ada beberapa lemari buku seukuran pinggangnya dan beberapa rak seperti koleksi mahal. Entahlah itu remote control atau apa. Dan didepannya ada jendela super tinggi hampir menyentuh langit.

"Alief ini kamar?" tanya Emellyana hampir tidak berkedip.

"Iya ini kamar aku, maksudnya ya buat santai-santai sih sambil nonton atau makan ya disini," Alief melirik pintu disebelah kirinya dan Emellyana mengikuti ekor mata Alief, "Kalo itu baru ruang tempat tidur aku, mau lihat?" Emellyana hanya sedikit memandang pintu yang masih tertutup rapat tersebut.

Emellyana menggeleng cepat seperti gadis bodoh, "Gak usah, makasih."

Alief hanya tersenyum melihat kepolosan dan mimik wajah Emellyana. Tidak lama kemudian Alief menunjuk dengan tangan kanannya, "Kalo yang disebelah kanan aku itu ruang lukis sekaligus tempat belajar aku, yuk ikut aku."

Alief menarik tangan Emellyana lagi lalu masuk ke dalam ruang lukisnya yang lumayan besar.

"Kamu pelukis?" tanya Emellyana. "Masak sih? Bukannya cowok kek kamu itu sukanya nge-band, balapan, atau..."

"Jangan menilai orang dari luar Emelly," potong Alief. "Ada yang harus kamu nilai juga dari dalamnya."

"Iya-iya," Emelly mengiyakan kata-kata Alief sambil mendekati semua hasil lukisannya. "Sejak kapan pandai lukis."

"Hmm... lima tahun keknya."

"Waow! Selama itu! Jago lukis dong kamu?" Emellyana sumringah.

"Gak! Aku cuma jago ngelukis gambar satu sosok aja."

"Satu sosok maksudnya?" Emellyana belum menyadari arah pembicaraan Alief yang mulai tertuju ke arahnya.

KITA YANG BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang