Part 16 [Die] 2

1.6K 217 80
                                    

Sayang tenang aja. Aku gak akan ninggalin kamu walau Papa, Mama dan seisi dunia menentang hubungan kita.

No Copas No Bully

❤❤❤

Ana tidak suka pria manapun mendekati putrinya. Siapapun itu.

Tab...

Tab...

Langkah kaki Ana terlalu cepat tapi bibir Alief lebih cepat lagi berkata menohok sangat tajam ditelinga Ana.

"Stop sampe disitu, atau seumur hidup tante tidak akan pernah bertemu Emelly lagi," ancam Alief dengan mimik wajah datar.

Sedikit lagi Ana mendekati Alief dan menarik Emellyana dari pelukannnya tapi tidak terjadi. Ana menghentikan langkahnya dan menatap mata Alief yang sangat tajam.

"Anak ingusan beraninya kau dengan aku?"

Alief memandang Ana dengan senyum yang menakutkan sambil masih memeluk erat tubuh Emellyana.

"Hanya karena Anda Ibu Emelly bukan berarti aku tidak berani kepada Anda. Berterima kasihlah karena saat ini tangan kusedang melindungi gadisku jika tidak aku yang akan membuat kaki Anda lumpuh mungkin untuk selamanya," Alief berkata tanpa peduli pada tatapan mata Ana yang kaget dengan ucapannya.

"Anak ini...," batin Ana terdiam. Bibir Ana tidak bergerak lagi.

Alief melangkah berdiri sambil masih menggendong Emellyana ala bridal. Dia berdiri tepat disamping Ana tapi mereka tidak saling memandang.

"Jangan coba-coba dekati Emelly lagi atau aku sendiri yang akan mencebloskan anda ke hotel bintang lima paling terkenal di Jakarta," Alief melanjutkan langkahnya tepat didepan pintu.

"Apa maksudmu bocah?" Ana membalikkan badannya memandang punggung Alief dibalik pintu.

Senyum Alief menyeringai, "Hotel itu bernama PENJARA!!"

DEG!!

Ana tidak lagi melanjutkan kata-katanya. Dia menelan salivanya karena takut. Bocah dihadapannya itu berkata dengan mimik wajah yang sangat berani. Ana hanya terdiam terpaku memandang Emellyana yang dibawanya pergi entah ke mana.

"Siapa anak laki-laki itu?" batin Ana bertanya-tanya.

❤❤❤

Emellyana terbaring lemah sekarang. Di rumah sakit di kamar inap vvip, hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke ruang inap tersebut. Empat jam sudah berlalu sejak Emellyana dibawa kerumah sakit.

Tubuh Emellyana masih lemah, tapi tidak selemah waktu itu, sebelum dibawa ke rumah sakit.

Alief tepat duduk disamping Emellyana yang terbaring di brankar. Wajah Emellyana yang pucat diamatinya selalu. Sesekali Alief mengusap pipi chubby itu.

"Bangun sayang.. Aku rindu," ucap Alief lemah. "Rindu marahmu, rindu matamu, rindu senyummu."

Alief melihat wajah Emellyana dibalik alat bantu pernapasan tersebut. Wajah Alief sedih, dia kecewa sama dirinya sendiri.

KITA YANG BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang