Part 4 [Gone]

238 60 23
                                    

Sebagai sesama perempuan, harusnya lu tahu perasaan gua. Oh! Gua lupa lu kan tidak punya perasaan.

NO COPAS NO BULLY

❤❤❤

"Sungguh aku gak tahu apa-apa...hiks..."

Emellyana berucap lirih, kesedihan bercampur perih menjalar hebat menjadi satu dihidupnya. Emellyana menahan sakit yang teramat hebat.

"Kenapa Ali tidak pernah bilang? Kenapa dia diam? Kenapa? Ali siapa perempuan ini? Siapa Li? Kenapa dia melukaiku? Memakiku? Apa arti semua ini!" batinnya perih.

Perempuan itu semakin marah melihat Emellyana yang tidak melawan dia mendekati Emellyana, menjambak rambutnya yang teruai kusut.

"Lu!" geramnya.

"Aaakkhh!" Emellyana berteriak meringis menahan sakit.

"Kenapa? Sakit? Iya?" tanyanya tidak peduli pada wajah Emellyana yang kesakitan, jidatnya yang berdarah dan pipinya yang merah karena tangan perempuan itu.

"Ini belum seberapa dibanding luka di hati gua karena ulah lu!"

"Sebagai sesama perempuan, harusnya lu tahu perasaan gua. Oh! Gua lupa lu kan tidak punya perasaan. Bitch!"

Dia masih menjambak keras rambut Emellyana.

"Wajah lu! Wajah lu yang bikin Ali berpaling dari gua! Dan lihat apa yang bakal gua lakuin sama muka lu itu!"

"Aaakh!" Emellyana menjerit hebat karena tangan perempuan yang mencengkeramnya itu menghempaskannya dengan sangat keras.

"Lihat apa yang gua bawa!" suara perempuan itu menggebu-gebu seperti sudah kerasukan setan. Dia mengeluarkan sebuah botol kecil yang membuat jantung Emellyana berdesir.

"A..ap..apa yang mau kamu lakuin? Apa itu..?" Emellyana menggeleng dalam keputus asaan.

Tawanya menyeringai, "Ini akan membuat wajah lu rusak!"

Mata Emellyana terbelalak lebar di tidak berusaha menghindar, dia hanya menutup kedua matanya. Pasrah akan keadaan.

Dan cairan itu dengan cepat melayang ke arah Emellyana.

"NONA LLYNNA!!" teriak Bi Inah menghempaskan tangan Llynna. "Apa yang non perbuat sama nyonya!"

Llynna kaget melihat siapa yang menghalangi perbuatannya. Emellyana maupun Bi Inah tidak kalah kaget. Cairan itu jatuh tapi mengenai sedikit tangan kanan Emellyana.

"Aakkh! Sakiiitt!" ringisnya. Tangan Emellyana melepuh.

Bi Inah kaget! Bi Inah langsung mendekati Emellyana memeluknya yang semakin meringis perih. "Sakiitt..."

"Nyonya gak apa-apa? Tangan Nyonya kenapa? Maaf Nyonya Bi Inah terlambat datang, maaf."

Emellyana menggeleng, tersenyum kecut, "Jangan ngomong gitu Bi, Bi Inah gak salah, makasih udah nolongin Emelly."

Bi Inah lalu menatap Ellynna yang masih diam terpaku karena kehadiran orang yang tidak di sangkanya, "Non Llynna keterlaluan! Bi Inah akan aduin semua ini sama Den Ali!"

Ellynna tidak mengatakan apa-apa, wajahnya hanya berubah datar lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Non Llynna! Non Llynna tunggu! Non!" teriak Bi Inah kencang. "Non Llynna jangan pergi dulu!"

Wanita muda itu tidak peduli dia masuk ke dalam lift meninggalkan Emellyana dan Bi Inah.

"Awas aja! Pasti Bibi aduin ini semua!" bibi berjalan agak jauh dari Emellyana merampas gagang telepon yang ada di ruang tamu tersebut lalu menghubungi nomor yang sangat di hapalnya di luar kepala.

KITA YANG BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang