Part 18 [Expectation Burhan]

2.3K 160 59
                                    

Papa cinta sama dia dari sejak dia masih sekolah. Dia cinta pertama Papa.

NO COPAS NO BULLY

Darah muda Burhan mendidih perih. Burhan benar-benar sangat marah waktu itu. Matanya mencari sosok itu. Cowok yang dianggapnya sahabat tapi tidak memiliki hati nurani.

Tiga jam Burhan mencari Johan ke sana kemari, sampai pada akhirnya langkahnya menuju tempat tinggal Johan.

"JOHAAAAN!!"

Burhan berteriak mencari ke mana saja, di unit apartemennya. Tapi hasilnya nihil. Pria berdarah campuran Inggris berhidung mancung itu tidak ada di mana-mana.

"JOHAN KELUAR LU SEKARANG!! JANGAN SEMBUNYI! KELUAR LU BERENGSEK!!"

Burhan mengacak-acak apartemen itu, membabi buta, tapi Burhan tidak menemukan apapun disana. Barang-barang di unit apartemen itu hancur tidak tersisa.

"Berengsek!" maki Burhan.

Bugh!

Burhan meninju lantai marmer itu. Dia tampak kacau, sekacau unit apartemen Johan yang dihancurkan dengan tangannya yang mulai bengkak dan merah.

"Gua bunuh lu Johan!" geramnya.

"JOHAAANNN!!"

Teriakan Burhan sungguh tidak membuatnya puas.

"Lu udah ngerusak Ana, lu rusak orang yang selalu gua jaga!" geram Burhan mengacak-acak rambutnya frustasi. "Gua gak pernah sentuh dia Johan! Kenapa lu sentuh dia! KENAPAAA?!"

Burhan bertanya, berteriak tidak jelas, seorang diri di unit apartemen yang mulai bisu tersebut. Hampir gila. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Burhan, tidak ada.

"Lari kemanapun lu bakal gua cari, gua bunuh lu!" dengan mata berapi-api Burhan seakan berjanji dihatinya. Dan janjinya itu akan dilaksanakannya.

Sampai pada akhirnya suara handphonenya menyadarkannya dari rasa penasarannya.

"Halo?" Burhan menerima panggilan tidak dikenal tersebut.

"Maaf apa benar saya bicara dengan saudara Burhan?"

"Iya saya Burhan, ada apa? Kenapa?" Burhan mulai merasa aneh.

"Maaf Pak bisa ke rumah sakit sekarang."

Wajah Burhan yang tadinya penuh kebencian tampak berubah cemas, "Ke rumah sakit? Emang kenapa? Siapa yang sakit?"

"Kerabat Bapak yang bernama Johan Fernando mengalami kecelakaan mobil, keadaannya sangat parah, bisa Bapak ke sini sekarang?"

"Hah! Johan?" Burhan hampir tidak percaya. Tapi dia mematikan handphonenya dan berlari meninggalkan unit apartemen itu menuju rumah sakit tempat Johan berada. Dia berlari terburu-buru.

"Johan kenapa? Lu gak boleh mati dulu Johan!" batin Burhan.

❤❤❤

Setelah melalui setengah jam perjalanan, akhirnya Burhan sampai jumpa di rumah sakit di kota besar tersebut.

Burhan dipanggil dokter masuk ke ruangannya. Dokter itu tampak tua dengan rambut putih dikepalanya. Tapi dokter itu tampak tenang dan berpengalaman.

"Dokter boleh saya masuk?" Burhan bertanya dengan suara merendah tepat di depan pintu masuk.

"Masuklah Pak, silahkan duduk dulu," dokter cowok yang sudah berumur itu mempersilahkan Burhan duduk dihadapannya.

KITA YANG BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang