Happy Reading
Jangan lupa komen dan vote❣️
Menjadi aset negara tidak selalu jadi hal yang baik. Di umur enam belas, Kim Myungsoo dituntut oleh dirinya sendiri agar lolos seleksi tim bisbol junior Daehan Sport. Tiada hari yang ia lalui tanpa berlatih, lelah? Tentu. Hampir menyerah? Sering. Tapi bukan Myungsoo namanya jika ia tak bisa mendapatkan yang diinginkan.“bagus, nak. Kerja bagus. Ayah dan ibu bangga padamu.”
Itu yang diucapkan kedua orang tua Myungsoo tatkala dirinya berhasil lolos memasuki tim bisbol junior. Baginya menjadi bagian Daehan Sport suatu kebanggaan tersendiri. Tapi, itu bukan ujung dari perjuangannya. Lama berlatih dalam agensi altlet tersebut membuat Myungsoo menjadi yang teratas dari yang teratas. Kegigihan Myungsoo membawanya pada puncak kemenangan yang selalu ia peroleh.
“pitcher (pelempar bola) kesayangan kita mencetak kemenangan lagi, ayo kita jaga aset Daehan Sport dengan hati-hati.”
Pujian dari orang-orang menjadi beban tersendiri bagi Myungsoo, yang berarti orang-orang itu semakin menaruh harapan tinggi padanya. Myungsoo dituntut menjadi sempurna. Tapi Myungsoo tetaplah manusia biasa yang bisa membuat kesalahan. Di usia dua puluh tiga, untuk pertama kali Myungsoo merasakan sebuah kekalahan. Kala itu ia baru pulang dari kanada, tubuhnya kurang fit. Pelatih Sung sudah berujar agar Myungsoo tidak mengikuti pertandingan dahulu, tapi apa daya pria itu bersikeras dan tak bisa dibantah.
Terjadi lah tragedi itu, Myungsoo tak bisa menerima kekalahan pertamanya, pria itu menyalahkan diri sendiri sampai stres dibuatnya. Dua pekan ia mengurung diri di kamar tidur sampai melewatkan makan.
“kalah itu hal yang wajar, Myungsoo.” Ujar pelatih Sung.
Tidak, kekalahan bukan suatu yang wajar bagi seorang Kim Myungsoo, dalam dua puluh tiga tahun hidupnya, tak pernah sekali pun ia gagal. Myungsoo harus sempurna. Sebagaimana keinginan orang-orang. Jika ia gagal dan gagal lagi, ia takut orang-orang akan meninggalkan dia, seperti yang ibu kandungnya lakukan.
Kau selalu mengecewakan ibu, Myungsoo. Kau itu buatanku yang gagal.
Perkataan wanita itu terus melekat di ingatannya. Saat Myungsoo berumur enam tahun ia belum bisa menaiki sepeda, sore hari ketika pulang kakinya penuh darah dan lecet dikarnakan beberapa kali jatuh saat berlatih sepeda. Myungsoo kecil menangis menghampiri sang ibu yang sedang tertunduk lesu di ruang tengah sibuk mengamati secarik kertas di tangan.
“bu, aku terjatuh. Aku tidak berhasil menguasai sepeda.”
Kedua mata yang dihiasi lingkaran hitam itu menoleh. Myungsoo sempat terperanjat menatap ibunya yang terlihat lebih kacau dari biasanya, “ibu baik-baik saja?”
Tak kunjung dapat jawaban, Myungsoo menghampiri dan mengguncang lengan sang ibu yang penuh bekas sayatan. “ibu jangan diam saja, jawablah. Aku cemas.”
“Kau selalu mengecewakan ibu, Myungsoo. Kau itu buatanku yang gagal.”
Myungsoo kecil tertegun, tangisnya makin menjadi ketika sang ibu membawa sebuah koper besar. “jika saja kau tak pernah ada, aku tak akan jadi seperti ini.”
Wanita itu pergi, meninggalkan putranya yang baru menginjak umur enam tahun sendiri di gubuk kecilnya. Myungsoo berusaha mengejar, terus mengejar tapi bayangan sang ibu sudah hilang dari netranya. Dari kepergian sang ibu Myungsoo kecil berhasil menyimpulkan, alasan ibunya pergi ialah karna dirinya. Karna Myungsoo tak bisa menggunakan sepeda, karna didirnya tidak punya kemampuan, karna dirinya tak sehebat anak-anak lain. Dari kejadian itu, Myungsoo pun mulai menuntut diri sendiri agar sesempurna mungkin. Dengan begitu orang-orang disekitarnya tidak akan pergi meninggalkan Myungsoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Loose You [END]
Romance(2 Chapter Ending Sudah Di Hapus) Bae Soo Ji, gadis malang yang selalu di tinggalkan. Banyak menyembunyikan ketakutan akan dunia di dalam benaknya. Soo Ji tersesat sendiri, berjalan tak tentu arah. Tapi, Kim Myungsoo mengulurkan tangan untuknya. Kim...