Chapter Twenty Two

422 86 21
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote dan komen
Aku harap kalian tidak menjadi silent reader💜

۝

"ta-da.."

Tali yang menutupi matanya terbuka, perlahan Sooji membuka mata mengerjap beberapa kali agar pandangannya menjadi jelas. Sooji mengedarkan pengelihatan pada setiap sudut ruangan yang terasa asing baginya.

"What is this place?" Tanya Sooji pada kekasinya saat itu.

"bagaimana, Kau suka? Memang cukup sempit, tapi aku rasa tidak terlalu buruk untuk ditinggali berdua."

Selama ini Sooji selalu sendiri dan mandiri, terakhir kali dia tinggal serumah dengan orang lain adalah ketika nenek Lee masih hidup dan itu pun hanya dua tahun saja. Sisanya dengan Soojung yang hanya tinggal tidak genap setahun, Bukan apa-apa jika dibandingkan dengan bertahun-tahun kesendiriannya. Garis besarnya Sooji tidak pernah benar-benar merasa tinggal dengan seseorang disebuah rumah. Dia juga tidak pernah berharap sebegitunya dan terlihat menyedihkan toh dia sudah merasa cukup dengan dunianya sendiri, She's independent and decent.

"you must be kidding." Sooji menjelajahi setiap jengkal lantai di apartemen jenis studio yang baru Jongin sewa minggu lalu untuk ditinggali bersama Sooji.

"suka tidak?" Jongin bertanya lagi. Sedetik kemudian Sooji menghambur ke pelukannya. "more than that. I loveeeee it, darl."

Kala itu Sooji tak tahu bahwa Jongin pernah merelakan segalanya untuk bisa tinggal bersamanya, termasuk hak sebagai ahli waris. Mereka masih sama-sama muda, tidak berfikir panjang tentang musibah yang menunggu di depan sana. Lambat laun Jongin sadar, hanya bersama Sooji saja tak akan membuat perut mereka kenyang setelah menikah nanti. Maka dari itu Jongin memilih mengalah —untuk sesaat— sampai turjuannya tercapai, setelah itu ia akan kembali pada Sooji. Begitu rencana awalnya sebelum Kim Myungsoo, anak pungut tidak tahu diri itu menghancurkan rencananya.

"apa maksudmu membawaku kesini?" Ada nada sinis dalam ucapannya, seakan lupa kalau yang ia injak itu tempat yang dulu pernah menjadi rumah ternyamannya.

Well, bukan itu yang Jongin harapkan, membawa Sooji ke rumah sempit mereka sewaktu dulu dengan tujuan bernostalgia sepertinya harus ia telan pahit-pahit setelah melihat ekspresi tak suka yang Sooji perlihatkan. Jujur saja itu sedikit melukai hatinya.

"aren't you feeling that nostalgic?" Kata Jongin seraya memasuki ruang tengah, Sooji masih di tempatnya menatap malas pada pria yang sudah duduk di sofa buluk yang busanya sudah robek itu. "absolutelty not. I feel kind of gross melihat banyak kecoak di sini."

"ugh, that hurt my feelings frankly,"

"Come here, kakimu akan pegal kalau berdiri terus." Lanjut Jongin sambil menepuk sisi kanannya.

Dengan malas-malasan Sooji berjalan ke arah Jongin, tapi duduk jauh dari pria itu. Bukan apa-apa, belajar saja dari pengalanman kemarin saat di hotel, berduaan dengan pria itu bisa membuatnya dalam bahaya. Bisa-bisa Sooji dilecehkan, mana penghuni apart di sini menganut sistem masa-bodoh-dengan-urusan-tetangga, so mana mungkin mereka mau menolong Sooji kalau terjadi apa-apa.

Jongin mendengkus, Sooji sepertinya mengaggap dia bajingan paling mesum karena kentara sekali jika wanita itu sedang siaga satu. Niat ingin melepaskan stres malah berujung ke kandang singa, entah apa tadi yang ada dipikirannya sampai-sampai nekat menghubungi si Jongin. "aku tidak ingin bermain di sini, cari tempat lain saja."

Ugh, this is weird melihat lagi dapur di depannya. Jejak-jejak percintaannya dengan Jongin memenuhi seisi rumah dan terus terngiang, Sooji tidak nyaman. Ia kira jika melihat lagi rumah ini akan menimbulkan kegalauan tiada tara baginya, harusnya sih begitu mengingat betapa rindunya ia pada Jongin kemarin-kemarin. Akan tetapi setelah menginjakkan kaki everything has changed, malah Sooji tidak merasa apa-apa.

If I Loose You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang