Chapter Seven

514 107 11
                                    

Happy Reading
Jangan lupa komen dan vote❣️


<Disarankan sambil mendengar : Gymnopedie No.1 - Erik Satie>

Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD adalah gangguan mental yang dapat terjadi setelah seseorang mengalami kejadian yang traumatis. Misalnya: pelecehan seksual, perang, serangan terorisme ataupun kecelakaan berat.

beberapa kejadian yang memberikan kecenderungan akan PTSD -yaitu pelecehan seksual dan kekerasan di masa kanak-kanak.
Diagnosis PTSD dapat ditentukan lewat beberapa hal, misalnya:

Perilaku menghindar terhadap kejadian, orang-orang, benda, atau aktifitas yang berhubungan dengan kejadian traumatik itu Ketidak mampuan mengingat kembali kejadian tersebut, Sulit tidur, sulit berkonsentrasi, emosi yang meledak-ledak.

Para penderita PTSD memiliki pengalaman atau pernah menyaksikan dengan kejadian-kejadian traumatis. Kejadian tersebut biasanya mengancam jiwa atau fisik dan membuat mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Situasi tersebut tentunya sangat menakutkan- bahkan bisa saja mendekati kematian.

Penderita PTSD biasanya akan mengalami kejadian-kejadian yang sama terus menerus dengan berbagai persepsi. Bisa saja berupa penglihatan, mimpi, ilusi, halusinasi, atau kilas balik.

Jika tidak ditangani dengan tepat, PTSD dapat meniimbulkan komplikasi. Komplikasi yang bisa terjadi akibat PTSD adalah gangguan jiwa berat -seperti skizopherenia ataupun percobaan bunuh diri. Hal lain yang bisa ditimbulkan ialah gangguan tidur menetap, ataupun penghargaan diri yang rendah. Pada akhirnya hal ini dapat memicu berbagai gejala psikosi atau gangguan kejiwaan lainnya

Bae Soo Ji dinyatakan mengidap Post Traumatic Stress Disorder diusia dua belas. Kala itu, Soo Ji hampir mati saat dirinya mencoba memotong pergelangan tangan. Soo Ji yang kesepian tak punya teman merasa kurang beruntung menjalani hidup sering mengalami mimpi buruk.

Mimpi-mimpi yang selama ini pernah ia alami. Kecelakaan maut kedua orang tuanya, perudungan anak panti, pelecehan seksual dari psikiater panti. Ditambah rasa sedih setelah kepergian Myungsoo. Semur hidupnya, Bae Soo Ji yang malang pernah mencoba membuhuh diri lebih dari sepuluh kali.

Percobaan pertama ketika ia berusia dua belas, saat pertama kali Soo Ji melawan para perudungnya. Kemarahan Soo Ji yang tak terkendalikan kala itu membuat depsesinya muncul seketika, melihat Soo Ji yang histeris dan 'ngamuk' membuat anak-anak perudung tidak lagi berani mendekati Soo Ji. Kabar buruk lainnya mereka mulai mengatai Bae Soo Ji orang gila.

"jangan dekati Bae Soo Ji, dia sudah berubah jadi gila. Aku melihat dia membunuh Inu —anjing peliharaan panti— kemarin dengan batu besar."

Bukan aku pelakunya. Tapi mereka tetap menuduhku.

Bae Soo Ji penyendiri makin dijauhi, bukan hanya oleh perudung tapi seluruh anak di panti. Soo Ji pun memutuskan memotong urat nadinya menggunakan pecahan beling.
Ibu panti; Han Yoon Hee menemukan Soo Ji terbaring lemah di atas kasur dengan darah yang bercucuran. Beruntung, Soo Ji terselamatkan.

Sadar ada yang mengganjal dari perilaku Soo Ji, ibu Han seraya membawanya pada psikiater panti. Tapi naas, bukannya diobati Soo Ji malah mendapat pelecehan seksual dari psikiater bejat tersebut. Bae Soo Ji semakin depresi, ia benci semua orang panti. Ia pun melarikan diri dari panti asuhan yang sudah sekian lama menampungnya.

Umur empat belas tahun Soo Ji hidup sendiri di luar Seoul, ia merantau dengan uang secukupnya ke kota Daegu. Soo Ji malang mencoba bertahan hidup dengan membantu seorang nenek di pedalaman Daegu berjualan hasil taninya. Nenek Lee, malaikat baik hati yang bersedia menampung seorang gelandangan macam dia.

"Soo Ji yang manis, kau adalah cucuku. Jangan sungkan, aku sekarang walimu."

Soo Ji akhirnya merasakan kasih sayang lagi, nenek Lee menjadi satu-satunya keluarga yang ia punya. Soo Ji mengabdi pada nenek Lee, ia disekolah kan disebuah sekolah pedesaan terpencil Daegu dekat rumah mereka. Senyum di wajah Soo Ji mulai terlihat lagi, Bae Soo Ji mulai menata hidup.

***

"Soo Ji, kau harus kuat ya. Nenek Lee terjatuh saat mendaki, saat di bawa ke klinik ia sudah meregang nyawa."

Dunia Soo Ji runtuh kembali, tepat ketika ia menginjak kelas dua sekolah menengah akhir sang nenek menghembuskan nafas terakhirnya. Soo Ji hilang arah, penyakit mental itu muncul lagi bagai mimpi-mimpi buruk yang sudah lama tak hadir dalam tidurnya.

Bae Soo Ji mulai menyakiti diri sendiri kembali. Ia memukul, mengiris pergelangan tangan sampai menenggelamkan dirinya ke dalam laut. Tapi sepertinya tuhan masih ingin menyiksanya lebih lama, Soo Ji selalu terselamatkan.

"aku akan pergi ke Seoul, jika disini terus aku akan teringat nenek."

Soo Ji telah menyelesaikan sekolahnya, dari warisan seadanya yang diberi nenek pada Soo Ji akhirnya ia bisa menyicip bangku kuliah bersama Soo Jung, satu-satunya teman yang ia miliki. Soo Ji mencoba senormal mungkin, ia menyembunyikan penyakit mentalnya pada siapapun. Kecuali satu orang, Kim Jong In. Kekasihnya.

"jangan cemas terhadap dunia, Soo Ji. Ada aku disini yang akan memeluk mu dikala semua tak berpihak padamu."

Pembohong ulung. Pada akhirnya kau pun tinggalkan aku.

Kim Jong In yang menawarkan dunia, malah menjadi bagian penghancur dunia Soo Ji. Ia lelah, ingin pulang tapi tak punya 'rumah'. Soo Ji linglung kembali, tapi—

Setitik cahaya terlihat di dalam gelap gulita, walau pun kecil setidaknya mampu menuntun arah. Soo Ji mendekati titik cahaya itu dan ia mulai menemukan harapan. Kim Myungsoo adalah titik cahayanya.

***

"kak, bisa kau datang? Aku butuh kamu."

Saat itu Myungsoo sedang berlatih di lapang bisbol, tapi panggilan putus asa dari Soo Ji membuatnya rela mendapat hukuman lari lima puluh keliling besok hari. Pria itu menancap gas menuju Daegu dengan perasaan gusar.

Myungsoo menangkap sosok itu, sedang duduk di atas rerumputan tepi danau.

"aku datang, Soo Ji."

Soo Ji tidak bersuara apapun, hanya menatap dalam Myungsoo lalu menyenderkan kepala pada dada bidang pria itu.

"terjadi sesuatu?"

Soo Ji menggeleng lemah.

Myungsoo mengusap pelan puncak kepala Soo Ji, menenangkan. Soo Ji mendongak tubuhnya ia hadapkan ke arah Myungsoo. Pria itu sedikit gugup, Soo Ji menatapnya intens penuh arti. Tapi Myungsoo masih mengatupkan bibir rapat.

Malam itu terasa dingin, tapi entah menapa badan Myungsoo menjalar panas. Jantungnya berpacu hebat tatkala sorot mata itu seakan menelanjangi matanya. Ia tidak mengerti kenapa Soo Ji bisa secantik itu?

"kak, mau jadi kekasihku?"

Hening.

Myungsoo mencerna ucapan wanita itu, ia mengorek kuping kirinya takut-takut salah dengar. Apa semilir angin sudah menyumbat pendengarannya?

"jadilah kekasihku, Myungsoo."

Baik. Kali ini Myungsoo tidak mungkin salah dengar. Dengan jelas wanita itu berucap agar ia menjadi kekasihnya. Myungsoo mengigit bibir bawahnya pelan, membatu tidak tahu harus bagaimana.

Tak kunjung dapat jawaban, Soo Ji memajukan tubuhnya sampai tepat lima sentimeter di depan Myungsoo. Wajah wanita itu terus mendekat sampai bibir plumnya mendarat indah di bibir milik Myungsoo.

Ciuman Soo Ji membuat sel-sel otak Myungsoo seakan berhenti, ia tidak bisa berpikir jernih. Apalagi ketika Soo Ji mulai melumat bibir tipisnya. Lambat laun Myungsoo membalas ciuman spontan itu, ia terlena rasanya memabukkan.

"mulai hari ini kamu punyaku, kak."

Bersambung.

If I Loose You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang