Chapter Eighteen

389 76 22
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote dan komen
Aku harap kalian tidak menjadi silent reader ya💜

۝

Setelah di sidang di ruangan kerja sang kakek dan menjelaskan secara jelas kronologis kekacauan yang baru saja terjadi pada orang tuanya juga Myungsoo bisa keluar dengan tenang. Pada akhirnya keluarga pria itu mengerti keadaan Myungsoo dan tidak menyalahkannya atau pun Sooji, namun ketika hendak keluar sang kakek menitip pesan padanya adar berhati-hati pada perempuan, entah apa maksudnya.

Kembali lagi ke arah taman ternyata Sooji dan Jongin belum juga terlihat, apa mereka masih berbicara? Tidak kah terlalu lama? Myungsoo harusnya menyusul saja, namun suara Kim Bora menekan keinginannya. "if I were you, aku tidak akan bertingkah layaknya nyonya besar dan mempermalukan orang lain disaat dirimu sendiri tak lebih dari sampah. Harusnya kau tahu kalau posisimu hanya simpanan saja."

Gadis yang baru mewarnai rambutnya menjadi ombre merah pekat itu mencibir dengan ekspresi jijik pada wanita yang merupakan istri siri sang ayah. Tidak terima dipermalukan di hadapan banyak orang, wanita itu hendak menampar Bora namun segera di tahan oleh Bora.

"Don't you dare to put your dirty hands on my beautiful face, atau akan ku jambak rambutmu sampai tak tersisa." Desis Bora yang membuat wanita bernama Jung Mirin itu hanya bisa diam menahan amarah.

"Kim Bora! Hormat sedikit pada padanya, walau kau tak menganggap dia ibumu setidaknya dia masih istri ayah."

Kim Bora tergelak seketika, suara tawanya mengisi siang yang hening ketika mendegar penuturan yang ayahnya beri. "istri? For a slut who just pleases you on the bed tidak layak dipanggil istri mengingat kalian tidak mendaftarkan pernikahan juga." Kemudian tatapan Bora beralih ke arah Jung Mirin, "so, jangan harap kau akan dapat sepeser pun harta keluarga kami karena kau hanya gundik ayahku."

"huhu.. So sorry to hear that." Kim Bora memperlihatkan mimik sedih namun terkesan mengejek.

Plak.

Sang ayah berhasil menamparnya hingga tersungkur, beberapa saat keadaan menjadi makin tegang sementara Kim Bora masih diam di tempat dan kemudian tertawa hambar. Myungsoo membantu Bora berdiri, namun gadis itu memilih bangkit sendiri. "don't worry, ini hanya tamparan biasa dari ayah jadi hal ini tidak memperngaruhi ku sama sekali. Aku pernah mendapat lebih buruk dari ini sejak kecil,"

"ayah ingat saat umurku tiga belas dan menangis karena merindukan ibu saat itu ayah malah memukuli ku hingga babak belur? Karena hal tersebut kini aku jadi lebih kuat untuk melawanmu." Bora menyeka sisi mulutnya yang berdarah lalu menatap tajam pada sang ayah, "jadi tamparan seperti tadi bukan apa-apa bagiku."

Ayah Bora menyalang, urat di tubuhnya menegang namun seketika raut wajahnya berubah saat kakek Kim mendekat. Keadaan menjadi tenang kembali, tidak ada yang berani macam-macam di depan sang kakek termasuk Bora yang kini memilih diam.

"masalah sudah selesai jadi tidak usah diperpanjang. Myungsoo kau juga harus menjelaskan secara pelan pada Jongin." Katanya sembari merangkul bahu Myungsoo.

"tentu saja kek, terimakasih sudah mengerti."

Saat itulah Jongin disusul Sooji menampakan batang hidung mereka. Alis Myungsoo terangkat menemukan ekspresi Jongin yang terlihat tenang dan .. bahagia? Sebenarnya apa yang sudah mereka bicarakan?

Jongin berhenti di depan Myungsoo dan tersenyum memamerkan deretan giginya. "Sorry about that one, aku harusnya mengerti dan tidak mudah tersulut emosi. Ya, kau benar kami sudah lama selesai dan bukan hak ku untuk marah." Pria itu menepuk-nepuk lengan Myungsoo.

If I Loose You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang