Chapter Thirty Four

453 87 30
                                    

Jangan lupa komen dan vote💜

۝

"terimakasih, Namjoo. Kau selalu ada setiap aku membutuhkan."

Joohyuk merekah senyum. Pria jangkung itu kembali memboyong barang-barang Sooji dari dalam mobil memasuki apartemen baru yang akan Sooji tempati. Kemarin subuh Sooji mendatangi rumahnya dengan dua koper besar di sisinya, tidak menjelaskan apa-apa dan hanya berkata butuh tempat tidur semalam saja. Kalau dilihat dari raut wajah wanita itu Joohyuk bisa menyimpulkan telah terjadi sesuatu sehingga tekukan murung itu sangat kentara. Kita tunggu saja sampai Sooji siap bercerita, batin Joohyuk.

"apart-nya tidak seluas rumahmu yang kemarin, Is that okay?" Joohyuk bertanya ragu.

Sementara Sooji menggeledah seluruh seluk-beluk apartemen yang akan ia tempati. Tidak terlalu besar, hanya ada satu kamar tidur dan satu kamar mandi serta letak kitchen island yang tak jauh dari living room. Sedikit mirip dengan tempat tinggalnya dengan Jongin dulu namun lebih layak.

"it's fine. Setidaknya aku cukup puas dengan balkon itu." Sooji berjalam melewati pintu kaca untuk menuju balkon, "pemandangannya bagus, aku pun bisa lihat Barbara dari sini. Dia bisa terawasi dengan baik."

Joohyuk terkekeh. Dari semua alasan, mengapa Sooji harus memilih balkon? Bisa saja wanita itu bilang 'cukup nyaman untuk ditinggali seorang diri' atau 'tempatnya strategis'. Bae Sooji memang limited edition. Well sebenarnya apartemet ini juga tidak punya basement untuk parkir yang membuat penghuninya parkir di lapang depan.

"aku akan cek kamar mandi." Joohyuk meninggalkan Sooji seorang diri. Wanita itu memperhatikan sekitar apartemen yang bisa dibilang cukup ramai dengan orang, sebelumnya dia tidak pernah tinggal di lingkungan tergolong banyak penghuni yang isinya keluarga besar atau bahkan anak-anak. Sooji selalu mencari apartemen sepi yang ditempati kalua muda maniak kerja agar tidak berisik dan mengaggu.

Sooji sebetulnya benci anak-anak. Menurutnya monster kecil macam itu hanya jenis manusia pencari perhatian dan haus kasih sayang, ah—mereka juga berisik. Maka dari itu Sooji pernah terpikir untuk tidak memiliki anak dalam hidupnya. Tapi lihat sekelilingnya sekarang, dipenuhi anak bocah yang lari-lairan sembari berteriak, ada juga yang sedang menangis berebut mainan dengan sebangsanya. This area is really chaotic. Sooji tidak yakin apa bisa bertahan lama di sini.

Tapi, sepertinya Sooji harus meredam segala keegoisannya dulu mengingat uang tabungan sudah cukup terkuras untuk menyewa apartemen barunya. Dari semua tempat tinggal yang ia cari dengan Joohyuk, apartemen ini paling oke dan harganya standar —minus lingkungannya saja— lagi pula Sooji juga tidak punya waktu mencari yang lain dalam kurun semalam saja.

Menarik pematik dan membakar tembakaunya, Sooji menghisap rokok lagi setelah belakangan ini ia sempat menghindari nikotin tersebut. Sambil memperhatikan Barbara dari lantainya wanita itu kemudian bergumam, "..haruskah aku menjual Barbara?"

Biaya maintenance Barbara sangat tinggi, kini dia harus membayar sewa apartemen enam bulan sekali. Pengeluarannya sangat banyak disaat pendapatan tidak ada sama sekali, belum lagi biaya pembukaan Bakery yang tidak sedikit dan juga niatnya berkeliling dunia dalam setahun. Kalau dipikir-pikir, uang tabungan tiga puluh tahunnya akan cepat habis. Dan jika menjual Barbara untuk diganti dengan mobil yang lebih murah ..

"shit! Tidak." Sooji tersadar lalu memandang Barbara penuh penyesalan, "holy holy mamaa, Barbara aku pasti sudah gila. Bagaimana bisa aku sempat berpikir untuk menjualmu? I'm a bad mom." Rutuknya sembari pura-pura menangis dengan sangat dramatis.

If I Loose You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang