Chapter Thirty Six

536 90 42
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote dan komen
Aku harap kalian tidak jadi silent reader💜

***

Pernahkah kalian ada di keadaan tidak ingin bersuara apapun dan hanya menikmati momen yang sudah lama tak dirasa? Merasakan detik-detik degupan jantung masing-masing yang masih hidup bersarang di dalam sana untuk satu sama lain.

Mengabaikan keadaan tubuhnya yang dingin dan basah kuyup, kedua orang itu malah berbaring di sisi kolam renang sambil melihat sinar rembulan yang amat terang. Hening dan damai. Myungsoo menoleh ke arah Sooji. Nafasnya tercekat tatkala menemukan buliran air mata yang keluar dari mata indah wanita itu.

Kenapa rasanya amat menyakitkan?

Ketika tangannya hendak menyeka buliran air mata Sooji, wanita itu segera bangkit, berjalan menuju rak berisi handuk bersih yang sudah disediakan hotel. Mengambil dua helai yang ia pakai satu dan satunya Sooji beri pada Myungsoo.

"bersihkan dirimu dan kembali lah." Ketus Sooji.

"kembali kemana, ketika rumahku adalah kau.."

Gerakan tangan Sooji terhenti sejenak, matanya memandang lekat menyelami manik Myungsoo. Dahi Sooji juga berkerut, wanita itu mendekat pada Myungsoo dan ..

Plak! Plak! Plak!

Sooji memukul kepala Myungsoo secara membabi buta dengan handuk sampai pria itu meringis dan melindungi diri.

"BEGITU YA KELAKUAN MU?! SUDAH PUNYA PACAR MASIH GENIT PADA WANITA LAIN!" Deru nafas Sooji bergerak cepat secepat aksi penyiksaannya terhadap Myungsoo.

Apa Myungsoo lupa kalau Sooji itu penyihir jahat dalam dongeng kerajaan? Reaksi yang Myungsoo harap berbanding terbalik dengan kenyataan yang ia terima. Di bayangannya, Sooji akan menangis haru dan menghambur ke pelukannya. Harusnya sih seperti itu.

"ampun, Ji.. ampun.."

"KAU BILANG AKAN BAHAGIA SAMA SI JOY! INI YANG KAU SEBUT BAHAGIA?"

"iya. Aku salah, iya."

Menemukan Myungsoo yang meringkuk di bawahnya dengan lilitan handuk untuk melindungi diri membuat Sooji tidak tega menyiksa pria itu lebih lanjut. Sooji berhenti, menetralkan amarahnya dengan menghirup nafas dalam dalam kemudian membuangnya perlahan. Kata biksu, amarah itu dikendalikan oleh setan. Kalau hanyut dalam emosi artinya dia setan.

Mana ada setan secantik aku?

Kedua mata Sooji mengekori gerak Myungsoo, entah mau kemana pria itu. Diteliti lebih lama ternyata Myungsoo membawa jaket bisbolnya yang ada di atas kuris di ujung sana, berjalan ke arah Sooji dan berdiri di depannya.

Myungsoo memakaikan jaket miliknya yang sama sekali tidak basah untuk Sooji, "hari ini aku kalah, Ji. Untuk pertama kali."

Sooji memotong cepat, "so? Apa hubungannya denganku?"

"hanya memberi tahu." Myungsoo tersenyum getir. Sorot mata Myungsoo terkesan sendu dan kesepian, Sooji sangat yakin Myungsoo sedang ada di keadaan kurang baik.

keheningan tercipta beberapa saat mereka berdua saling menghadap tidak berbicara. Sekitar empat menit kemudian Sooji berdehem dan membuka suara, "kalah itu wajar, Myungsoo. Kau manusia tidak selalu harus sempurna. Yang tidak wajar itu kalau kau tiba-tiba masuk liga basket." Dan wanita jutek itu melengos pergi melewati Myungsoo.

Dalam hati Myungsoo merasa geli. Sooji dan gengsinya yang tinggi sudah menjadi ciri khas wanita bermarga Bae itu. Myungsoo kini tahu, dibalik sifat ketusnya, Sooji masih sangat perduli akan dirinya.

If I Loose You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang