Chapter Thirteen

442 89 13
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote dan komen ya, aku harap kalian tidak menjadi silent reader❣️

۝

Kim Jennie duduk manis di kursi meja makan, tangannya ia lipat di dada sambil melirik jam dinding. Sudah lewat tengah malam, dengan tekun ia menghitung detik demi detik yang menggema seisi ruangan. Salah satu tangan yang terlipat tadi Jennie pindahkan ke atas meja makan lalu mengetukkan jari beriringan dengan suara jarum jam.

Seorang pria berkulit tan membuka pintu masuk. Langkahnya pelan menyusuri seluk beluk rumahnya yang sudah gelap, sebisa mungkin ia tak mengeluarkan suara apapun yang bisa membangunkan singa betina yang sedang terlelap di kamar tidurnya.

saat menuju ruang makan ia terkesiap mendapati lampu tiba-tiba menyala dengann penampakan si singa betina sedang menatap tajam ke arahnya sambil duduk tegap.

"eih, bikin kaget saja." Protes Jongin.

Jennie masih diam di tempatnya, mata wanita itu menatap lurus pada sang suami yang akhir-akhir ini sering kali pulang larut. "lembur lagi?" Tanya Jennie.

"ya seperti biasa, kamu kan tahu sebanyak apa kerjaanku."

Kim Jennie mengagguk-angguk, jarinya mengetuk lebih cepat. Tak lama kemudian Jennie meraih ponsel, Jongin terheran dengan apa yang wanita itu lakukan.

"aku baru tahu kalau kantor kamu sekarang letaknya di bar. Kali ini proyek apa lagi? Investasi alkohol? Atau bisnis pelacur?" Dengan senyum meremehkan Jennie menunjukan layar ponsel tepat di depan wajah Jongin sambil memperlihatkan potret suaminya yang asyik bermain billiard dan di kerumuni wanita berbaju tipis.

Air muka Jongin berubah masam, lagi-lagi mereka ribut. Ini sudah ketiga kalinya rumah tangga mereka dilanda angin topan, ya memang semuanya murni salahnya sih. Malas meladeni kemarahan sang istri, Jongin pun melesat menuju kamar tidur. Namun Jennie menahan lengannya kasar.

"kalau orang sedang bicara itu ya dengarkan, jangan main melengos saja. Tidak punya sopan santun kamu?"

"Jen, stop it oke? Aku lelah, tidak ada tenaga untuk ribut sama kamu."

Jennie berdecih, ia memijit pelipisnya yang pening. "memang aku tidak? Jangan karena aku tidak bekerja kamu berfikir aku hanya leha-leha saja ya!"

Kini Kim Jongin berbalik, mematap remeh istrinya. "setahuku memang kamu begitu, kan? Coba kini aku tanya, apa kamu pernah beres-beres rumah? Memasak untuk ku? Big no, honey. Maid yang melakukan semua itu, dan kamu hanya menjadi nyonya besar yang berfoya-foya dengan uang suami." Pria itu mentunjuk-tunjuk ke arah kepala Jennie yang segera di tepis keras oleh sang istri.

Jennie tidak percaya seorang Kim Jongin akan berkata demikian padanya, untuk pertama kali sepertinya pria itu berkata jujur tentang penilaiannya pada sang istri.

"asal kamu tahu asshole! I'm.not.your.fucking.slave. Kalau kamu ingin seseorang yang pandai masak, cuci baju dan bersihkan rumah ya cari saja pembantu, jangan cari istri." Tekan jennie, wanita itu mengeluarkan gestur penuh amarah membalas perkataan Jongin.

Jongin mengeluarkan tawa merendahkan dan bertepuk tangan, membuat Jennie sedikit bergidik. Ia menyimpulkan kalau Jongin sudah tidak waras. "kalau itu semua bukan tugas istri, lalu apa gunanya kamu di rumah ini? Selain my sex slave."

Plak.

Tamparan mendarat di wajah Jongin, kedua manik Jennie berkaca-kaca. Muak melihat sang suami ia pun berlari ke kamar tidur dan mengunci diri. Masa bodoh dengan wajah Jongin yang akan bengkak esok hari, masa bodoh kalau pria itu sedang mabuk dan melantur. Tindakan Jongin sudah di luar batas dan tidak bisa di tolerir.

If I Loose You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang