"How are you?"
Rasanya baru kemarin aku berada di hadapan Dating Master, dan sekarang aku kembali menempati tempat yang sama.
"Good." Sebuah jawaban aman, walaupun aku tahu maksudnya bukanlah menanyakan kabarku secara harfiah.
"Sebelumnya, saya ingin memberithu beberapa hal. Stupid Cupid hanya perantara. Bukan kami yang memegang hasil akhir, melainkan kamu. Kami hanya memberikan beberapa penilaian, dan jika kamu keberatan, kamu berhak menolak saran itu." Perempuan itu berbicara pelan dan tertata.
Aku mengangguk. Penjelasannya sama seperti yang diberitahu Reza tempo hari.
"Saran saya, dengarkan kata hatimu."
Sekali lagi, aku hanya mengangguk. Bagaimana caranya mendengarkan kata hati, sementara kata hatiku saja sangat ngaco.
"Ada pertanyaan sebelum kita mulai?"
Aku berdehem. "Bagaimana kalau pria yang dinyatakan cocok denganku, tapi tidak memiliki perasaan yang sama sepertiku?"
"Kamu akan mengetahuinuya."
Perempuan itu menyodorkan sebuah kotak berwarna pink ke hadapanku. Ada kunci gembok berbentuk hati di sana. Di atas itu, ada kunci kecil yang kuyakini berguna untuk membuka gembok tersebut.
"Kamu bisa membukanya, saya akan menjelaskannya nanti."
Debaran di dadaku terdengar sangat keras. Untuk hitungan orang yang mengawali proses ini dengan ogah-ogahan, aku terlanjur menginvestasikan hati dan waktuku dalam menjalani setiap proses. Tanpa diduga, aku justru menikmatinya.
Saat akhirnya mencapai finish line, aku seperti menemukan sesuatu yang baru di dalam hidupku.
Perlahan, aku mengambil anak kunci tersebut. Rasanya sangat pas saat aku memasukkannya ke dalam lubang gembok, hingga menghasilkan bunyi klik pelan. Setelah gembok terlepas, aku membuka tutup kotak itu.
Di dalamnya, ada dua buah kartu. Aku tidak mengerti maksudnya. Dengan penuh pertanyaan, aku menjangkau ke dalam kotak dan mengeluarkan kedua kartu itu.
Kartu tu sangat tipis, tapi entah kenapa malah terasa sangat berat. Seakan-akan ada beban ratusan kilo di dasar kotak itu, sehingga aku harus mengerahkan seluruh tenaga yang kupunya untuk mengangkatnya keluar.
Alih-alih langsung membukanya, aku malah meletakkan kartu itu di depanku.
"I need explanation, sebelum saya melihat nama siapa yang ada di sini."
Perempuan paruh baya di hadapanku tersenyum lembut. "Setelah melewatiu penilaian dan review yang kamu berikan, kami bisa memberikan beberapa nama yang dirasa cocok. Harus kamu ketahui, nama itu berdasarkan penilaian yang kamu berikan. SIlakan dibuka kartu pertama."
Aku meneguk ludah. Serasa ada yang menyumbat kerongkonganku, karena mendadak ada rasa sakit merambat naik dari dadaku.
Tanganku bergeta saat membuka salah satu kartu. Namun, aku mendesah lega saat melihat nama Adjie di sana.
"Adjie?"
Perempuan di depanku mngangguk.
"Jadi, saya cocok dengan Adjie?"
"Menurutmu?" Bukannya mendapat jawaban, aku malah menerima pertanyaan.
Aku tertawa ringan. Begitu melihat nama Adjie, entah mengapa aku malah menarik napas lega.
Ketakutan terbesarku adalah mendapati nama Reza di kartu itu.
Aku mengambil kartu bertuliskan nama Adjie dan memegangnya erat-erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Cupid
Chick-LitWhen a friendship turns into lover, but the Cupid were wrong!