Cupid tidak pernah salah.
Kadang, manusia yang salah mengambil langkah tertentu sebelum akhirnya berlabuh di tempat yang tepat.
Dalam kasus ini, di pasangan yang tepat.
"Congratulations." Aku merangkulkan lenganku ke leher Reza. "Impian lo waktu kuliah akhrinya terwujud."
Di hadapanku, wajah Reza yang sejak tadi berseri-seri kini tampak makin semringah.
This is his big day. Setelah persiapan panjang yang dilakukannya, Stupid Cupid akhirnya resmi diluncurkan. Selama beberapa hari ini, Reza dilanda panik. Ada saja hal yang dianggapnya salah atau tidak sesuai rencana, dan membuatnya menata ulang semua persiapan ghari ini.
Kalau tidak ada yang mengawasinya, Reza pasti sudah bertingkah gila. Bisa-bisa acara hari ini malah gagal total.
Baru setelah Stupid Cupid resmi meluncur, Reza bisa sedikit tenng.
Sebenarnya dia tidak perlu khawatir. Review yang ada bernada positif, termasuk review yang kuberikan. Bahkan, Adjie juga memberikan tanggapan positif. Promo gila-gilaan yang dilakukannya cukup menarik minat akan kehadiran Stupid Cupid.
When it comes to dating, people are willing to go the extra mile to find the right one.
Ngomong-ngomong soal Adjie, aku belum mendapatkan kabarnya lagi. Aku tidak tahu apakah dia sudah memaafkanku atau belum. Aku juga tidak mungkin menghubunginya hanya untuk sekadar basa basi. Bagaimanapun, aku menghormatinya sehingga mendoakan kebahagaiaannya dari jauh menjadi stu-satunya cara untuk berdamai dengan kesalahanku.
Saat menatap Reza, aku masih tidak menyangka kalau akhirnya hubungan pertemanan itu berlanjut ke hubungan lain yang lebih serius.
Tidak sulit untuk melewati proses transisi dari sahabat menjadi pacar. Ternyata tidak secanggung yang selama ini aku bayangkan.
Reza masih sering bertingah menyebalkan, tapi sekarang tingkahnya itu malah terlihat menggemaskan di mataku.
Tidak ada yang berubah di antara aku dan Reza. Seolah-olah kami masih sepasang sahabat, seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, aku juga tidak ragu untuk bermesraan dengan Reza, karena saat ini kami resmi menjadi sepasang kekasih.
Reza yang menyebalkan masih sering mengajukan pertayaan yang membuatku kewalahan. Termasuk pertanyaan andalannya, bagaimana rasanya mencium sahabat sendiri?
Juga, pertanyaan menyebalkan yang membuatku harus mengakui kalau pendapatnya benar.
"Gimana rasanya mengakui kalau gue benar?"
Aku mendelik saat mendengar pertayaan itu. Berapa kali harus diingatkan kalau dia tidak sepenuhnya benar?
"Posisi kita imbang. Cinta enggak sepenuhnya soal data, dan cinta butuh proses."
"Proses yang kata lo staging."
Aku mengerang pelan. "Lo mau kita berantem lagi?"
Satu lagi yang tidak berubah di antara hubunganku dan Reza, tidak ada yang mau mengalah. Terlebih Reza. Dia masih selalu mementahkan setiap perkataanku, wlaupun ujung-ujungnya dia mengaku hanya bercanda.
"No, because this is our special day."
Oh, aku sudah pernah bilang kalau Reza juga bisa norak?
Sebelum acara dimulai, dia menembakku untuk menjadi pacarnya di depan standee bergambar cupid yang menjadi logo Stupid Cupid. Reza ingin hari launching Stupid Cupid juga menjadi hari aku dan Reza berpacaran secara resmi.
"Gimana rasanya pacaran sama calon pengusaha sukses di masa depan?"
Kali ini, pertanyaan itu membuatku tergelak. Reza memang sangat percaya diri, dan sepertinya aku harus semakin membiasakan diri dengan sifatnya yang satu itu.
"How?"
Aku merangkul lengannya. "Biasa aja. Karena lo Reza, bukan bos Stupid Cupid."
Reza mengangguk dengan raut wajah puas.
"Coba tebak, siapa yang paling beruntung?"
Aku menaillan sebelah alis, menunggu jawabannya.
Reza menunjuk dirinya sendiri, sambil tersenyum pongah dan membusungkan dada. "Me. I got the girl. I got the money," ujarnya. Dengan dagu, Reza menunjuk antrean panjang calon klien Stupid Cupid.
"I also got the guy," timpalku.
Reza meraih tanganku dan menggenggamnya. "I love you, Helena."
Aku tidak menyahut, tapi meresapi setiap kata-kata yang disampaikan Reza.
Reza mungkin akan selalu menjadi makhluk menyebalkan, tapi Reza juga akan selalu menjadi sosok yang bisa kuandlkan. Aku dan Rreza mungkin tidak akan berhenti adu argumen karena tidak ada yang mau mengalah, tapi aku dan Reza juga bisa menjadi pasangan yang kompak.
Satu hal yang pasti, Reza mengajarkanku untuk berani jujur dan berhenti menyangkal. Karena dengan begitu, aku tahu seperti apa perasaanku yang sebenarnya.
Seperti saat ini.
Perasaanku memilih untuk mencintai Reza.
The End
PS
Surprise, isn't it? Sebenarnya cerita ini sudah ada sejak tahun lalu dan diupload di salah satu aplikasi, tapi tahun ini mutusin untuk pindahin ke Wattpad. Timing yang pas juga, sih, buat mengisi libur lebaran dengan cerita ringan.
Kayaknya ini cerita paling ringan yang gue bikin. The thing is, sometimes we just need a light story to laugh and giggling our ass off. Enggak perlu mikir dan analisa macam-macam. Just enjoy the moment.
Menulis cerita yang enggak drama juga jadi semacam remedy, biar otak enggak penat, sebelum beranjak ke cerita lainnya.
So, just enjoy the story and please pray that Cupid didn't make a stupid move in your love life.
Cheers,
RR
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Cupid
ChickLitWhen a friendship turns into lover, but the Cupid were wrong!