30. Honesty

9.4K 1.5K 69
                                    

Sampai akhirnya Adjie berpamitan semalam, aku tidak berkata apa-apa lagi. Aku tahu, apa pun yang keluar dari mulutku hanya akan membuat Adjie semakin terluka.

Aku tidak pernah membayangkan akan melukai Adjie. Namun, tanpa sadar aku sudah melakukannya.

Mungkin sejak awal aku sudah melukainya.

Aku melangkah memasuki hubungan itu tanpa pijakan yang kuat. Ini tidak adil untuk Adjie, karena dia memberikan segalanya. Namun, aku malah membalasnya seperti ini.

Seharusnya aku berterima kasih kepada Adjie, bukannya melukainya seperti ini.

"Kalau memang ada pilihan lain, kamu bisa mempertimbangkannya. Apa pun keputusanmu, aku bisa menerimanya."

Ada luka yang tidak bisa ditutupi di wajahnya ketika Adjie mengucapkan kalimat itu, sesaat sebelum dia meninggalkanku.

"Tolong, jujur kali ini."

Perminataan itu terdengar sangat putus asa.

Semalaman aku memikirkan permintaan Adjie. Kejujuran, hanya itu yang aku butuhkan. Namun, sangat sulit untuk jujur.

Membiarkan keadaan tetap berjalan seperti ini hanya akan melukai Adjie kian dalam. Keadaan ini juga melukaiku.

Untuk pertama kalinya aku dipaksa untuk berani menghadapi kenyataan yang selama ini sengaja aku sangkal.

Aku membuka kembali semua email terkait keikutsertaanku di Stupid Cupid. Perlahan-lahan aku membaca semua review yang kutulis.

Ketika melihatnya sekarang, aku bisa merasakan bahwa aku menutup-nutupi sesuatu. Aku cenderung berlebihan saat menulis review soal Adjie. Sangat jelas terlihat bahwa aku berusaha keras menjadikan Adjie sebagai pilihan utama. Aku berusaha meyakinkan hatiku untuk memilih Adjie. Terus menerus memikirkan Adjie.

Namun kenyataannya, itu semua bohong.

Aku memang menikmati waktu bersama Adjie. Namun, tidak seperti yang kutulis.

Kebohongan lainnya terpampang jelas di depanku ketika menulis review soal Reza. Aku menutu-nutupi fakta bahwa sebenarnya hatiku lebih condong kepada Reza. Aku menjadikan pertemanan sebagai alasan untuk semua kebohongan itu.

Saat memaksa diri menghadapi fakta ini, aku pun menyadari satu hal.

Aku menyukai Reza.

Tidak, aku mencintai Reza.

Sejak dulu, aku mencintai Reza tapi terlalu takut untuk menghadapinya sehingga aku bersembunyi di balik persahabatan ini.

Ketika Dating Master membeberkan kemungkinan itu di hadapanku, aku lagsung defensif karena tidak ingin rahasia itu terkuak. Aku tidak berani mengakui kalau sarannya benar.

Aku tidak mau mempertimbangkan Reza karena aku tahu, begitu aku mengakuinya aku tidak bisa mundur lagi.

Sejak dulu, aku sudah terjatuh terlalu dalam.

Aku mengakui saat ini aku sangat egois, dan keegoisan itu turut menyeret Adjie. Keegoisanku malah menyakiti Adjie.

Belum terlambat, Helen. Masih bisa diperbaiki.

Hanya ada satu cara untuk memperbaiki ini semua. Aku harus berhenti menyakiti Adjie.

**

Sudah hampir satu jam aku menunggu di dalam mobil yang terparkir di depan rumah Adjie, ketika dari kaca spion aku melihat mobilnya.

This is it.

Stupid CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang