4. Miss Cupid

11.1K 1.9K 29
                                        

"Sorry, enggak sengaja." Aku membungkukkan badan untuk membantu mengumpulkan kertas yang berserakan. Karena sibuk mengecek ponsel sambil jalan, aku tidak sengaja menabrak seseorang sehingga kertas yang dibawanya berserakan.

"Enggak apa-apa," sahut sebuah suara bariton yang terdengar sangat berat. Dari sudut mata, aku melihat seorang pria dengan jaket putih ikut membungkuk dan melakukan hal yang sama denganku.

Aku bangkit berdiri usai tidak ada lagi kertas yang terserak di lantai, dan menyerahkannya kepada pria tersebut. "Maaf, saya enggak lihat jalan."

"Masih untung kamu menabrak saya, daripada menabrak kaca," tukasnya sambil menunjuk pintu kaca di belakangnya.

"Kamu benar," sahutku sambil tertawa.

Aku melambaikan tangan dengan perasaan awkward sebelum mendorong pintu kaca itu, sementara pria itu menuju arah sebaliknya. Saat melintasi ruangan coworking space tempat kantor Stupid Cupid berada, aku menoleh dan berusaha agar tidak kelihatan kentara mengintip. Pria itu tengah menunggu lift, sambil mengecek kertas bawaannya.

Apa dia salah satu calon kandidat? He looks good, sepertinya mengikuti ide Reza tidak ada salahnya.

Kali ini, Irene yang menyambutku. Dari Irene, aku tahu Reza tidak ada di sini karena sedang bertemu calon investor.

"Lo tenang aja, dia yang pertama ikutan blind interview dengan Miss Cupid," terang Irene, menjawab kecurigaanku kalau Reza mangkir dari acara ini.

"So, blind interview?"

Irene mengangguk. Dia mengajakku ke sebuah ruang meeting yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga ada partisi pemisah. Aku tidak tahu siapa yang ada di balik partisi itu, begitu juga dengan orang di baliknya, dia tidak tahu siapa aku.

"Cuma buat mengonfirmasi beberapa hal, menindaklanjuti formulir yang lo isi," sahut Irene.

"Jadi, Miss Cupid ini beneran ada?"

Irene terkekeh mendengar pertanyaanku. "Ya adalah, nanti juga lo ketemu."

Irene mengambil sebuah kartu dari dalam map yang dibawanya dan menyerahkannya kepadaku. Ada nama Lily di atas kartu itu.

"Untuk menjaga kerahasiaan, jadi untuk tahap awal beberapa peserta akan dikasih nama lain. Tenang aja, cuma gue yang tahu nama lain kandidat. My lips close," jelas Irene.

Kepalang basah, jadi kenapa tidak nyebur aja sekalian? Mumpung sudah di sini, apalagi yang bisa kulakukan selain mengikuti permainan ini sampai akhir?

Irene meninggalkanku sendiri dengan janji Miss Cupid akan memandu interview ini. Harus kuakui kalau Reza dan Irene tidak main-main. Jujur saja, permainan ini lumayan menyenangkan.

"Hai."

Aku hampir saja terlonjak kaget saat sebuah suara menyapaku. Suara itu terdengar tipis dan melengking. Entah itu suara asli atau menggunakan efek tertentu agar tidak bisa dikenali.

"Kamu Lily?"

Butuh waktu untuk menyadari kalau pertanyaan itu ditujukan untukku. Nama Lily rasanya masih asing.

"Ya, saya Lily."

"Hai, kenalkan saya Miss Cupid. Saya yang akan memandu kamu di tahap awal ini sebelum nanti bertemu Dating Master."

Aku berusaha keras menahan diri untuk tidak tertawa mendengar suara dari balik partisi itu. Kedengarannya sangat lucu.

"So, Lily, tell me about yourself."

Ini seperti interview kerja saja.

Aku berdehem. "Well, saya Lily, 28 tahun. Jomlo selama dua tahun setelah putus dari mantan yang posesif. It was a nightmare karena dia membuat saya selalu tercekik. Posesif dan controlling."

Stupid CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang