Hari Minggu adalah rutinitas untuk Isa shopping. Dari jam delapan pagi dia sudah berdandan rapih.
"Ma aku berangkat ya-- eh lo ngapain disini?"
Diruang tengah ada Sunghoon yang tiduran dengan kaos putih dan celana training hitam.
"Maen lah."
Isa memicingkan mata seraya mendekat kearah si lelaki. "Udah mandi?"
"Belom."
"LAH BELOM MANDI NGAPAIN KESINI? MAU NUMPANG LO?"
Teriakan Isa membuat ibu dan ART nya keluar dari tempat masing-masing karena kaget.
"Gue meriang."
Sunghoon dengan tenang membalas seperti itu. Membuat Isa mendesis pelan,
"Ah bodoamat!" serunya mulai beranjak dari ruang tengah.
Tapi dengan cepat Sunghoon mencegahnya. "Gue meriang lho."
"Terus?" tanya Isa masih sabar.
"Ya temenin sini lah jangan shopping."
Isa sontak berseru, "Lah ngapa jadi gue yang harus nemenin elo?"
"Lo tunangan gue."
Tiga kata itu membuat Isa bergumam pelan. "Lah iya juga,"
Sunghoon tersenyum penuh kemenangan. "Temenin gue udah gausah shopping."
Isa mengertak tapi tetap meletakan tasnya diatas meja. "Yaudah iya."
Dan akhirnya Isa pasrah. Dia menemani Sunghoon tiduran disofa ruang tengah.
"Udah makan?" tanya Isa karena daritadi sepi.
Sunghoon menggeleng. "Belom,"
"Pantes meriang, kalo pagi tuh biasain sarapan."
"Orang gak sempet."
Isa lantas melayangkan tatapan sinis. "Gak sempet atau lo nya aja yang males?"
"Males."
Helaan nafas terdengar dari mulut Isa. "Gue bikin sarapan dulu."
Sunghoon mengernyit heran. "Ini beneran Isa?"
"Ya bener lah, udah lo diem aja gausah banyak bacot!"
Isa beranjak kedapur meninggalkan Sunghoon yang rebahan menonton tv disana.
"Nih makan."
Sunghoon menerima masakan Isa dan mulai ia makan. Tapi justru membuat Isa geram karena Sunghoon makan lama banget, matanya juga fokus ke tv.
"Cepetan makannya."
"Hm."
Emosi Isa sudah tidak bisa dikontrol. Dengan cepat gadis itu merebut kembali piring dan menyuapkan pada Sunghoon.
"Buka mulutnya,"
Sunghoon menurut, ia membuka mulutnya saat sondoran sendok berada didepan bibirnya.
Selesai menyuapi Sunghoon, Isa meletakan piring diatas meja.
"Duh pusing banget." lirih Sunghoon tapi masih bisa didengar Isa.
"Tidur aja."
Lelaki itu menggeleng pelan dengan tangan yang memijat pelipisnya sendiri. "Tambah pusing."
Isa meletakan punggung tangannya didahi Sunghoon, dan benar badan si lelaki panas.
"Kedokter yu,"
Sunghoon menggeleng, "Gak ah mager."
Mendengar kata mager, Isa mengerling. "Yaudah tidur."
Belum sempat Sunghoon menjawab, ibu Isa lebih dulu berkata. "Bawa kamar kamu aja Isa, jangan diruang tengah Sunghoon tidurnya."
Ya sudah Isa pasrah, dan membawa Sunghoon ke lantai dua, kamarnya.
"Merem!"
Isa menggertak karena Sunghoon tidak memejamkan mata.
"Gak bisa tidur Isaaaa."
Diam-diam Isa mengirimkan pesan pada ibu Sunghoon untuk bertanya sesuatu.
Dan saat sudah mendapat balasan, Isa tanpa ragu naik keatas kasur dan menangkup wajah Sunghoon, untuk ia elus dua alis lelakinya.
"Eung?-- kok?" tanya Sunghoon dengan mata yang akan terpenjam.
Isa tidak menjawab melainkan hanya tersenyum dan lanjut mengelus alis Sunghoon.
Kurang lebih ada lima belas menit membuat Sunghoon tidur pulas saat sakit.
---love<3
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Young Fience
Фанфикjadi intinya, kita sama sama nerima © 2021, planetjendral