Manuscript 15 : Noctifer 2

132 22 0
                                    

"Kau... mau bicara padanya?" bisik Dorothea. Si hantu menoleh. Mengangguk. Gadis itu berjengit.

Sejak berlatih di bawah naungan Children of Earth, Nikky dan Monika mencekokinya dengan banyak buku soal hantu dan supranatural. Mereka sendiri bukan 'Sang Mata'. Jadi, itu hal yang terbaik yang mereka bisa lakukan.

Jujur, itu banyak membantu.

Beberapa buku memang tidak akurat. Bahkan ada yang benar-benar melenceng soal makhluk tak kasat mata yang dekat dengan hidup Dorothea itu. Tapi, jika ada satu yang bisa si gadis percaya—

Hantu itu teritorial.

Mereka jarang sekali berinteraksi dengan satu sama lain. Bahkan berusaha menghindari makhluk sejenisnya itu.

Jadi, rasanya aneh melihat Eins mau berbicara dengan yang lain.

"Apa..." Dorothea menggaruk kepala. "Kau mau ditemani?"

Pandangan lembut dan berterimakasih di wajah Eins sebenarnya cukup menjadi jawaban.

"Iya, kalau boleh."

Dorothea menangguk. Dia dengan hati-hati berjalan mencari hantu yang diceritakan Eins. Mata menelusur lorong demi lorong.

Sampai visinya menangkap makhluk itu.

Seperti kebanyakan yang lain. Sosoknya spektral. Seperti kertas tipis. Wajahnya pucat, hampir monokrom. Pandangan polos mati menatap jauh Dia memiliki rambut hitam yang diikat. Dan dari bajunya—

Mata Dorothea memicing. Memastikan.

Seorang... Pahlawan?

Akhirnya—melihat Eins yang hanya melayang canggung. Tubuh berkedip ragu—Dorothea memutuskan untuk mengambil inisiatif. Dia memberanikan diri mengambil langkag maju.

"Halo—uh?"

Si hantu—Shimura Nana—tersentak. Dia melayang agak tinggi. Menengok ke kanan dan ke kiri. Dorothea meringis.

"Di bawah sini."

Lagi-lagi, si hantu tampak kaget. Dia menunduk. Matanya yang mati membulat. Perlahan, dia melayang turun.

"Kau bisa melihatku?"

Si gadis mengangguk dengan senyum lemah.

"Apa kau—Shimura Nana?"

Hantu itu menelengkan kepala.

"Darimana kau tahu—?"

Pandangannya terlempar. Dorothea ikut menoleh. Dia melihat Eins yang melayang mendekat. Ada senyum kecil di wajahnya.

"Oh..."

"Halo," sapa Eins. "Ini pertama kalinya kita bertemu seperti ini, ya?"

Shimura melemparkan senyum lemah.

"Ya," bisiknya. "Jujur, bertemu di dalam pikiran Penerus One For All selanjutnya agak... merepotkan."

One For All?

Dorothea memberika nota mental pada kalimat itu. Mata mengerling penasaran. Tapi dia menahan diri untuk tidak menyela.

"Ya." Jawaban Eins itu diselangi tawa kecil dari Eins. "Terlebih untuk kami yang belum bisa menyebrang."

Shimura meringis kecil. Tangan bersarung 'menggaruk' tengkuknya. Dorothea tahu hantu itu tidak merasakan gatal. Tapi, gestur saat masih hidup kadang masih terbawa juga.

"Ngomong-ngomong soal itu," gumam Eins lagi. "Bukankah kamu—?"

Hantu yang wanita mendesah. Pandangannya sedih.

Normal ; The ManuscriptsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang