Manuscript 2 : Faciem 1

283 37 10
                                    

5+1

5 times Dorothea Tuning doesn't recognize Heroes.

And 1 time a Hero recognize her.

***

Dorothea tidak pernah menyukai Pahlawan.

Ini fakta umum.

Ya, dia tidak membenci mereka. Namun, dia bukan penggemar. Pahlawan yang berada di publik kebanyakan terlalu teatrikal dan flashy untuk seleranya. Namun, dia juga tidak tahu banyak soal Pro Hero underground. Karena alasan yang sudah jelas.

Bahkan saat Ibunya masih hidup, dia tidak gila soal Pahlawan seperti kebanyakan anak. Avery sendiri yang berkata bahwa 'Pro Hero' dan 'Pahlawan' sebenarnya tidak sama. Semua orang—seperti dokter, polisi, pengacara, dan yang lain—bisa menjadi pahlawan.

Ditambah lagi, dia merasa menggunakan botol minum dengan wajah Pro Hero itu aneh dan mengejar mereka untuk melihat pertarungan adalah ide bodoh.

Begitu juga menggabungkan penegakan hukum dan industri entertaiment.

Dia juga agak malas mencari berita. Dia lebih memilih menjahit, membaca cerita klasik, atau melihat video kucing di internet. Dia tahu informasi itu penting, tetapi jika yang terus muncul adalah kisah percintaan orang-orang terkenal atau bukti bahwa dunia akan menjadi distopia dalam hitungan tahun, dia tidak tertarik.

Jadi, karena sikap 'biasa saja' itu Dorothea jarang mengikuti perkembangan. Mungkin hanya mendengar sayup-sayup gosip teman sekelas soal Pahlawan favorit mereka. Atau ketika Pahlawan melakukan skandal besar sehingga beritanya meledak dimana-mana.

Hal itu terbawa sampai dia pindah ke Jepang.

Jika di London-tempat Dorothea lahir dan dibesarkan-Pahlawan yang dikenalnya bisa dihitung jari.

Bagaimana dengan di tempat asing?

Dan kenapa rasanya hal ini terlalu sering terjadi?

Eins hanya tertawa dan tidak pernah memberi tahu apapun.

Shinsou, Hikaru, dan Tanaka hanya bisa menggelengkan kepala.

***

1.

Akira sering mengajak Dorothea berpergian di akhir pekan.

Lebih tepatnya, Akira harus melakukan sesuatu soal fashion. Dan mengajak Dorothea untuk ikut.

Gadis itu tidak keberatan. Dia senang pergi dengan Ayahnya. Terlebih lagi, dia bisa menjelajahi berbagai tempat di negara yang menjadi rumah barunya ini.

Hari ini mereka ada di Tokyo.

Di dalam salah satu gedung pencakar langitnya.

Dorothea duduk di salah satu bangku di lorong panjang. Mengamati orang-orang berpakaian necis berseliweran. Eins 'duduk' di sampingnya.

"Menurutmu berapa lama lagi?"

Dorothea menarik syal di lehernya sampai menutupi mulut. "Sabar, Eins, mungkin sebentar lagi."

Normal ; The ManuscriptsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang