3.
"Terima kasih sudah mau mengantarku ke mall ini Dorothea-chan!"
"Hei, tidak masalah, aku juga harus membeli flanel."
"Dan bolpoin tambahan, milikmu sudah kehabisan tinta semua."
Dorothea memandang Hikaru yang berjalan ke Kiyashi Ward Shopping Mall dengan sedikit melompat. Ada senyuman lebar di wajahnya.
Adik sepupu Hikaru akan berulang tahun yang kelima. Dia ingin mencarikannya hadiah. Jadi, dia mengajak yang lain untuk ikut pergi berbelanja. Sayang, hanya Dorothea yang memiliki waktu senggang.
Jarang mereka berdua pergi sendirian. Tiga, kalau Eins dihitung. Biasanya, Shinsou dan Tanaka selalu menemani sehingga kuartet mereka lengkap. Namun, kali ini, Shinsou harus tinggal di sekolah untuk berlatih dan Tanaka harus pulang cepat untuk membantu orang tuanya mengurus barang antik baru yang akan sampai ke toko.
"Kira-kira hadiah apa yang bagus untuk anak lima tahun?" gumam Hikaru.
Mereka berdua berjalan melalui kerumunan. Mata dengan awas melirik toko-toko yang menawarkan berbagai barang. Beberapa hantu tampak berseliweran seperti biasa. Eins turut terbang diantara pembeli dengan muka penasaran.
Jujur, Dorothea tidak yakin apa yang harus dibeli untuk anak kecil. Sewaktu umur lima tahun, hadiahnya adalah boneka. Namun, Hikaru bilang itu hadiahnya tahun lalu. Dorothea sendiri kehabisan ide. Dia tumbuh tanpa saudara atau teman sebaya. Dia jarang diundang ke pesta ulang tahun.
Agak sedih memang.
"Oh, bagaimana kalau figurin?" ucap Hikaru sembari menjentikkan jari. "Aku yakin ada toko yang menjual figurin Pro Hero disekitar sini!"
Dorothea tersenyum. Anak kecil memang suka Pahlawan. "Itu bukan ide buruk."
"Baiklah! Aku akan ke toko mainan!" kata Hikaru dengan bersemangat. Kemudian menoleh ke Dorothea.
"Kau sendiri bagaimana?"
"Eh, aku akan ke toko kerajinan dan alat tulis. Aku akan menyusulmu jika sudah selesai."
Hikaru mengangguk setuju. Rambut birunya turut bergoyang. Dia melambai sembari berlari menjauh.
"Gadis itu sangat ceria, ya?" bisik Eins yang melayang mendekat. Dorothea mengangguk.
***
Dorothea keluar dari toko kerajinan dengan tas kertas berisi flanel hijau bermotif bunga matahari. Di tas lain ada satu pak bolpoin yang sudah dia beli lebih awal.
"Oke," ucapnya pada Eins. "Ayo ke toko mainan."
Eins mengangguk. Memberikan tangan dingin di pundak Dorothea. Tidak butuh berjalan begitu lama. Mereka sudah sampai.
Tempat itu besar. Dari kacanya yang lebar, Dorothea bisa melihat berbagai jenis mainan. Mulai dari boneka sampai mainan edukasi, seperti puzzle atau rubik. Tentu saja, yang paling mendominasi adalah berbagai mainan bertema Pahlawan. Mulai dari figurin, topeng, sampai tiruan support item.
"Ada ramai-ramai apa itu?"
Dorothea menengok ke arah yang Eins tunjuk. Benar. Ada kerumunan orang dewasa dan anak kecil di sana.
Di dorong rasa penasaran, Dorothea mendekat. Syalnya hampir terlepas tersenggol yang lain. Terdengar suara seseorang berbicara dari mikrofon. Sementara itu, tampak dua orang lain membagikan bungkusan kecil.
"Ayo! Ambilah Trading Card Games Pro Hero edisi baru!"
"Dengan berbagai Pahlawan baru yang menarik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; The Manuscripts
Fanfiction! ATTENTION ! Buku ini berisi kumpulan spin-off dari ceritaku yang lain berjudul 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Sebaiknya membaca yang itu dulu sebelum kalian membaca ini. Karena banyak hal di sini yang mungkin sulit dipahami tanpa membaca itu dulu...