"Ohoho... ini pisau yang bagus!"
Suara tawa kecil keluar dari mulut Himiko mendengar pujian itu.
"Terima kasih, Ojii-san. Apa kau bisa membuat yang mirip seperti itu?"
"Ya, ya," dia memutar pisau lempar itu di tangannya. Gerakannya sangat halus. Seakan dia bisa mengendalikan pisau itu.
"Yang ini besi luxeria kan? Pilihan bagus, nak. Besi ini cocok untuk melawan demon dan cukup ringan untuk pisau lempar."
Himiko menelengkan kepalanya. Ya, dia benar. Itu luxeria. Akan tetapi, Himiko tidak yakin bagaimana dia bisa tahu. Besi itu hanya terlihat seperti besi biasa.
Saiki Kazuhiko benar-benar pengrajin sejati.
Tidak heran dulu rankingnya sangat tinggi di Order of Artificer.
"Ini akan mudah, nak. Tapi aku butuh waktu untuk mencari bahannya." Saiki mengembalikan pisau itu. Senyuman tipis tersungging.
"Kau putri Smithborn, kan? Jika sudah selesai, aku akan langsung mengirimnya ke The Hourglass."
Himiko tersenyum lebar. Dia mengangguk setuju.
Gadis itu memberikan uangnya kepada si pandai besi. Kemudian menunduk sopan dan mengucapkan terima kasih sekali lagi. Sebelum keluar dari area bengkel yang pengap.
Di area toko, dia melihat kedua kakaknya yang mengobrol di depan etalase kaca. Tampak mengamati berbagai macam miniatur. Dabi dan Tenko tampak bermain-main dengan patung orang. Himiko hanya menggeleng.
Bagi The Children, tempat itu pemasok senjata. Bagi orang lain, tempat itu menjual hiasan besi.
Himiko menyeringai. Langsung menerjang dan melompat untuk merangkul kedua kakaknya. Dabi dan Tenko hampir terjengkal.
Tawa Tenko terdengar. "Sudah selesai?"
"Uh-huh!" Gadis itu mengangguk. Rambutnya yang ditata model odango ikut bergoyang kecil.
"Nah, tadi Tenko-nii bilang apa soal kafe?"
***
Aoi, Daniel, dan Tenko.
Mereka bertiga sering disebut tiga sekawan oleh Nikky.
Pernyataan itu tentu membawa kebenaran. Sejak dari TK, trio itu tidak terpisahkan. Mereka hampir selalu melakukan berbagai kegiatan sekolah bersama-sama. Tidak pernah melupakan satu sama lain dan saling mengikuti. Selalu bertiga. Tidak terpisahkan.
Kecuali menyangkut Children of Earth.
Daniel tahu soal The Children saat mereka 14 tahun. Saat dia semakin sering mengutak-atik berbagai penemuan dan mesin yang ada di rumahnya. Ibunya—Silvia Kishi—akhirnya mendudukkannya, lalu menjelaskan soal The Children dan Order of Artificer.
Anak itu langsung tertarik. Dan dia hampir bersorak ketika tahu bahwa Tenko juga mengerti soal Children of Earth. Tenko harus membungkam mulutnya waktu itu. Dia tambah bersemangat ketika tahu bahwa Tenko akan mencoba masuk ke Order of Paladin. Dia berjanji akan membuatkan Tenko peralatan yang paling baik kalau dia bisa.
Lain lagi dengan Aoi, dia baru tahu ketika mereka berumur 16. Ibunya yang memberitahu setelah dia menemukan sebuah riset lama di loteng. Fleur Higuchi memang mantan Order of Alchemist.
Yang berbeda, Aoi sama sekali tidak tertarik.
"Eh? Itu hanya bukan bidangku."
Begitu katanya dulu.
Jadi, diantara mereka, Aoi satu-satunya yang memilih menjadi 'normal'. Walau normal di dunia ini memiliki konteks yang berbeda-beda.
Mereka masih berteman baik. Dan Tenko agak sedih ketika Aoi pindah ke Musutafu untuk mengejar mimpinya. Namun, dia turut senang ketika kafe kucing Aoi benar-benar menjadi kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; The Manuscripts
Fanfiction! ATTENTION ! Buku ini berisi kumpulan spin-off dari ceritaku yang lain berjudul 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Sebaiknya membaca yang itu dulu sebelum kalian membaca ini. Karena banyak hal di sini yang mungkin sulit dipahami tanpa membaca itu dulu...