"Ya, Nikky-san, aku sudah menerima paketmu."
Perkataan Dorothea mencapai Nikky di ujung telepon.
Pagi itu, Dorothea menerima paket dari bibi kesayangannya. Dia dan Eins langsung membawa paket besar itu ke kamar. Sama-sama penasaran dengan apa isinya.
Sekarang, gadis itu mengempit ponsel diantara telinga dan bahunya. Sementara tangan sibuk merobek kertas dari kotak kardus yang baru sampai.
"Aku tidak tahu kenapa kau harus mengirim bukunya. Kau tahu aku bisa mengambil minggu depan, kan?"
"Ingat apa agendamu minggu depan, kit," suara Nikky mengalir dari ponsel.
Ah, benar.
***
Flashback
Eins dan Dorothea sibuk berdebat mengenai warna kain flanel ketika Akira memasuki ruang tengah.
Dia dan sang hantu—walaupun Akira tidak bisa melihat Eins—langsung menoleh begitu si Ayah menghembuskan napas.
"Kita harus pergi ke Gala Amal minggu ini."
Dorothea mengangkat alis. Aneh. Biasanya Akira menggunakan kata 'aku', bukan 'kita'. Diikuti dengan mengajak Dorothea. Jadi, dia bisa menolak kapanpun.
Sepertinya, kali ini berbeda.
"Aku tidak keberatan, sih. Memang ada apa? Tidak biasanya aku harus ikut."
Akira menggaruk leher. Kemudian dia mengulurkan amplop putih. Dorothea mengernyit. Masih ada juga orang yang memakai surat begini. Bahkan dengan lilin surat juga. Seperti zaman kerajaan kuno saja.
Tangan Dorothea meraih amplop itu. Dia mengambil surat di dalamnya lalu membaca. Keningnya mengernyit semakin dalam.
"Mr. Adrich A. Caldwell? Bukannya dia milioner eksentrik yang pindah ke Jepang?"
"Yeah," gumam Akira. "Sayangnya bukan hanya itu saja."
Dorothea mengangkat alis. Ayahnya mendengus.
"Dia teman Ibumu."
Si gadis mengerjap. Dia menunduk, melihat tulisan kursif di atas kertas. Jujur, mengetahui Ibunya berteman dengan seorang milioner adalah fakta paling wajar yang Dorothea terima beberapa bulan ini.
"Kenapa dia ingin bertemu denganku?"
Giliran Akira yang mengerjap. Kemudian ekspresi berubah lega melihat Dorothea yang terkejut.
"Dia itu... semacam sosok Ayah untuk Avery. Dia bahkan ada saat kau lahir."
"Sungguh?" tanya Dorothea.
"Yep, dan aku harus meminta restunya ketika akan menikahi Ibumu," ucap Akira sembari meringis. Sepertinya itu bukan kenangan bagus.
"Aku—kenapa aku belum pernah bertemu dengannya?"
"Kau tahu ceritanya, dear. Pindah ke Jepang, mendirikan manor, orang-orang mengecapnya gila."
Ya. Dorothea ingat itu. Beritanya heboh diceritakan dimana-mana. Sosok Adrich Caldwell, seorang milioner genius terkenal, orang yang bahkan Dorothea Kecil kenali karena seberapa sering dia muncul di televisi, tiba-tiba pensiun dan pindah ke Jepang.
"Mereka masih belum punya landasan untuk argumen itu," protes Dorothea.
Akira tertawa. Mengelus surai merah putrinya dengan jemari ramping.
"Sebaiknya kita bersiap untuk gala-nya."
***
Dorothea mendengus. Dia tidak keberatan pergi ke gala. Banyak makanan enak dan mereka biasanya menyetel musik yang lumayan. Namun, karena acaranya pada akhir pekan, Dorothea harus kehilangan satu hari belajar Abnormalitas 1001 bersama Nikky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; The Manuscripts
Fanfiction! ATTENTION ! Buku ini berisi kumpulan spin-off dari ceritaku yang lain berjudul 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Sebaiknya membaca yang itu dulu sebelum kalian membaca ini. Karena banyak hal di sini yang mungkin sulit dipahami tanpa membaca itu dulu...