Manuscript 3 : Valiant 1

225 24 4
                                    

Nikky Smithborn menyukai Jepang.

Tempat itu jauh berbeda dari rumahnya di Eropa sana. Berbeda yang baik tentu saja. Dia senang bisa memulai hidup baru di negara itu.

Wanita itu mulai mendapat rutinitas yang nyaman dan urutan apa saja yang dia rencanakan. Bila dia menutup mata, dia sudah bisa mendapat gambaran apa yang akan dia lakukan. Bersantai dengan secangkir teh susu dan scones untuk sarapan, menjaga toko barang antik, membaca perkamen lama yang tidak pernah sempat dia selesaikan. Dan saat malam—

Yah, malam tentu agak berbeda.

Ya, portal sudah tertutup sepenuhnya.

Ya, Operasi Scrouge Healer berhasil. The Silent Hands sudah selesai.

Dia tahu Children of Earth bubar.

Akan tetapi, tidak benar-benar bubar.

Jadi malam akan diisi dengan dia mengawasi meteran anomali. Mengasah pisau dan mengisi peluru ke catridge-nya. Menunggu sewaktu-waktu teleponnya berdering. Diikuti suara Pamela mengatakan bahwa ada aktivitas demon yang harus diatasi.

Masih ada sebagian monster itu yang tersisa. Dan walaupun The Silent Hands tidak ada. Beberapa anggota mereka bisa saja terpencar. Organisasi abnormal lain juga tidak tidur. Mereka bergerak dalam bayangan. Mementingkan agenda mereka sendiri.

Ya, The Children sudah bubar.

Namun, tidak dengan ancamannya.

"No rest for the wicked, after all," desah Nikky.

Terlarut dalam pikiran. Nikky berjalan sembari melamun. Dia tidak sadar kemana arah dia berjalan sampai—

Bruk!

"Ah, Maaf! Apa kau baik-baik saja?"

Tidak ada orang di depannya. Mata heterokrom berkilat bingung. Lalu, Nikky menunduk.

Dia melihat rambut putih kusut. Mengingatkannya pada rambut Monika yang sering dicat saat masih muda.

Anak kecil?

***

Shimura Tenko berharap. Dia terus berharap ada seseorang—siapapun—menolongnya.

Namun, semakin banyak orang yang hanya melewatinya. Atau pandangan jijik yang dilontarkan padanya.

Harapan itu semakin pupus.

Dan Tenko merasakan sesuatu di hatinya. Sesuatu yang buruk dan panas. Menguar layaknya api.

Dia takut.

Dan marah.

Dia terus berjalan. Menyeret dua kaki ringkih yang lelah. Tidak tahu berapa lama sudah dia berjalan. Namun, dia tidak tahu apalagi yang harus dia lakukan.

Bruk!

Tenko terdorong ke depan. Tersentak.

"Ah, maaf! Apa kau baik-baik saja?"

Suara itu lembut. Perempuan. Tenko berbalik. Dia bisa merasakan pandangan wanita itu. Sementara dia masih menunduk. Tidak yakin apa dia harus mengangkat kepalanya.

“Hey, kiddo, apa yang kau lakukan sendirian? Dimana orang tuamu?”

Kau akan pergi juga kan? Begitu melihatku? Sama seperti nenek tadi.

Perempuan itu membungkuk. Sepertinya menunggu jawaban. Dengan ragu-ragu, Tenko mengangkat kepalanya. Pelan sekali.

Holy shiii—take mushroom, kau baik-baik saja? Sini, biar kubantu.”

Tangan itu terulur.

Dan anak itu terkesiap. Tubuhnya terpaku. Ini—dia tidak menyangka ini.

Dia tidak takut?

Wanita itu menunggu dengan sabar. Ada senyuman lembut di wajahnya. Terlihat hangat. Tenko masih memandangnya tidak percaya. Kedua tangan yang terkepal di dadanya bergetar. Akan tetapi, dia membatu di tempat.

"Tidak apa-apa, kiddo. Aku hanya mau menolongmu."

Namun, dia tidak bisa menerima uluran itu.

Walaupun dia sangat sangat ingin.

Jangan! Kalau aku menyentuhmu, Kau hilang juga! Seperti Kakek, Nenek, Ibu, Hana

“Ah?”

Wanita di depannya memiringkan kepala. “Apa quirk-mu diaktifkan dengan sentuhan?”

Tenko masih diam. Tetapi berhasil memaksakan satu anggukan. Wanita di depannya tersenyum lembut.

“Baiklah!”

Dalam satu gerakan cepat, wanita itu menggendongnya. Hati-hati terhadap tangannya. Tenko terperangah.

Perempuan itu tersenyum lebar.

"Namaku Nikky Smithborn!"

Itu bukan nama yang awam.

"Dan kau?"

Tenko menelan ludah. Bibirnya bergetar ketika menjawab.

"S-shimura Tenko."

Perempuan itu menganggukkan kepala.

"Senang bertemu denganmu, Tenko-kun."

***
.
.
.
.
.
.
.

A.N. :
Me : *Learned 'bout Tomura's backstory*
Me : You poor soul. Here, have Nikky as ur mum.

Ini alternate-universe btw. Jadi tidak masuk canon asli maupun story Normal-verse. Manuscript ini bakal lebih condong ke bentuk vignette.

Edit : Aku mengganti rambut Tenko jadi putih seperti di manga. Sesuai dengan Marie Antoinette Syndrome.

Normal ; The ManuscriptsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang