Manuscript 6 : Crosspath 2

124 25 7
                                    

Dorothea dan Tenko duduk bersebelahan di lorong rumah sakit. Tubuh mereka melemas setelah semua adrenalin dari peristiwa tadi memudar.

Sesekali, Tenko melirik Dorothea yang menunduk. Tatapan gadis itu kosong. Seakan tidak sepenuhnya berada di sana. Jujur agak membuat Tenko khawatir. Akan tetapi itu wajar. Dia pasti terguncang.

Beberapa detik berlalu. Dorothea tampak tersentak kecil. Kemudian dia menghembuskan napas. Tenko bisa mendengar bisikan kecil dari mulutnya.

"Terima kasih, Eins..."

Alis Tenko terangkat. "Teman hantumu mengatakan sesuatu?"

"Yeah, dia masuk tadi," gumam Dorothea lirih. "Um—Pro Hero itu selamat."

"Syukurlah...," ucap Tenko menghela napas.

"Permisi?"

Dua orang itu menoleh. Tampak seorang wanita berambut hitam dan berkacamata berdiri. Dorothea dan Tenko turut bangkit dari kursi secara refleks.

"I-itu," perempuan itu memulai. Suaranya bergetar. Dia menarik napas dalam-dalam.

"Terima kasih sudah menyelamatkan anak saya..."

Oh, pikir Tenko.

Oh.

***

Mrs. Iida berterima kasih berulang-ulang. Baru berhenti ketika ponsel Dorothea berdering. Itu pesan dari Ayahnya. Mrs. Iida memberikan ucapan terima kasih terakhir, sebelum dua orang itu berjalan keluar.

Dorothea tampak sedikit melamun. Tenko berjalan tidak jauh di sampingnya. Ketika hampir sampai pintu keluar—

Seseorang menabrak gadis itu.

Dorothea oleng. Untung saja Tenko dengan cepat menangkap dan menyeimbangkannya. Sehingga tidak jatuh.

"Ah! Maaf!"

Pria yang menabraknya berkacamata. Berambut hitam gelap dan menggunakan seragam... U.A.?

Alis Tenko menukik. Anak ini mirip seperti—

Ah. Keluarga Ingenium?

"Kau... Tenya?" tanya Dorothea. Nadanya ragu.

Anak di depannya tampak terkejut. "Maaf, siapa—?"

"Namaku Dorothea, murid U.A. juga. Dan ini Tenko, kami yang, uh—menemukan kakakmu—"

Mata anak berkacamata itu berkilat panik.

"Dia baik-baik saja," ucap Dorothea cepat. "Dia harus dioperasi, tetapi dia selamat."

Tenko melihat anak itu menjadi lebih tenang. Napas yang memburu menjadi teratur.

"Ibumu sudah di sana, sebaiknya kau juga segera," saran Tenko.

Tenya mengangguk. Tanpa sepatah kata apapun, dia segera berlari. Meninggalkan Dorothea dan Tenko di lorong.

Dorothea menghela napas berat. "Terima kasih," ucapnya sembari melirik ke anak yang lebih tua.

Tenko mengangguk dan melepas pegangannya dari bahu Dorothea. Tepat saat itu, dia melihat wajah familiar di balik pintu kaca. Akira Takeshita-Tuning baru keluar dari taksi.

Dorothea langsung menghambur ke pelukan Ayahnya.

Tenko mengikuti dari belakang. Berjalan mendekati duo ayah-anak itu dengan langkah pelan.

"Anda Akira Tuning?" tanya Tenko.

Mata emas yang kembar dengan mata Dorothea menatapnya. Pria itu mengangguk. "Dan kau...?"

Normal ; The ManuscriptsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang