"Eeh?? Kau? Secara sukarela mau berbicara dengan murid yang bukan kelasmu???"
"Itu tidak seaneh yang kau kira, Hizashi."
"Ini kamu yang kita bicarakan Shouta."
"Kau berlebihan."
"Yah, yang penting, jangan coba-coba mencuri Dorothea ke kelas 1A, oke? Dia—"
"Tidak mau menjadi Pahlawan. Aku tahu, Mic."
"Oh? Lalu kenapa—"
"Aku akan tutup teleponnya."
"Tunggu dulu Eraser—!"
Click.
Aizawa mendesah. Present Mic terlalu banyak bicara. Ditambah lagi volume suaranya yang kelewat keras. Telinganya bisa rusak parah.
Guru itu membuang muka ke luar jendela mobil. Melihat rumah-rumah yang bergerak semu. Dia kadang masih merasa tidak percaya.
Takeshita Akira, dia yang tidak tahu soal dunia fashion saja pernah mendengar namanya. Dan pria itu tinggal di perumahan sesederhana ini. Sungguh sebuah kejutan.
Mobil berhenti di rumah berlantai dua. Arsitektur dan ornamennya bergaya Eropa. Rumah itu tidak besar. Namun tetap memiliki kesan estetika yang berbeda dari rumah lain di kanan dan kirinya.
Aizawa turun dan segera menuju ke pintu. Dia mengetuk tiga kali.
"Tunggu sebentar!"
Terdengar suara langkah kaki. Lalu pintu berderit terbuka. Dorothea Tuning berdiri di sana.
"Ah, Aizawa-sensei! Silahkan masuk!"
Nada gadis itu ceria. Berbeda dengan paras malu dan ragu yang dia pakai saat mereka bertemu di ruang kepala sekolah. Mungkin karena dia berada di tempat yang familiar.
Aizawa mengikuti Dorothea menuju ke ruang tamu. Tampak sang ayah sudah duduk menunggu. Gadis itu mempersilahkan gurunya untuk duduk.
"Sebentar, aku buatkan teh."
Dan Dorothea berlari pergi menuju dapur. Berbelok dan menghilang di lorong. Meninggalkan Aizawa menghadapi Akira.
Samar-samar, dia mendengar gadis itu mengobrol dengan seseorang.
"Apakah ada tamu lain hari ini, Tuning-san?"
"Ah, tolong panggil aku Akira," ralat si desainer. Kemudian dia menengok ke arah Dorothea pergi. Senyuman kecil di bibir.
"Dan itu hanya Dorothea mengobrol dengan Eins," ucapnya.
"Sejak Hosu, dia merasa lebih nyaman mengobrol dengan hantu di rumah. Dan Eins mengikutinya kemanapun."
"Ah, benar. Dan kau tidak keberatan?"
"Tidak. Eins tidak mengganggu. Rasanya malah seperti mempunyai anggota keluarga baru."
Aizawa mengangguk mengerti. Dia membersihkan tenggorokannya dengan batuk.
"Baiklah, kalau begitu langsung saja. Ini soal U.A. yang akan menjadi asrama-"
"Ah, ya. Aku tidak keberatan."
Aizawa terkesiap. Dia tidak menduga akan semudah ini. Dia baru saja akan membuka mulut ketika Akira menyela.
"Dulu, Dorothea tidak punya banyak teman, dia lebih... penyendiri."
Akira menunduk. Menyembunyikan senyuman suram. "Aku harap dulu aku tahu kenapa..."
Ada jeda yang diisi keheningan di sana. Akira menarik napas dalam-dalam.
"Akan tetapi, karena U.A, dia sekarang mempunyai teman-teman yang baik yang bisa diandalkan. Rasanya kejam kalau aku mengambil hal itu dari Dorothea."
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; The Manuscripts
Fanfiction! ATTENTION ! Buku ini berisi kumpulan spin-off dari ceritaku yang lain berjudul 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Sebaiknya membaca yang itu dulu sebelum kalian membaca ini. Karena banyak hal di sini yang mungkin sulit dipahami tanpa membaca itu dulu...